Harga Melejit, Ekonom Unsri Sarankan Petani Jaga Kualitas dan Pasokan Kopi 

Petani saat memetik kopi. (ist/rmolsumsel.id)
Petani saat memetik kopi. (ist/rmolsumsel.id)

Harga kopi asal Sumatera Selatan (Sumsel) terus mengalami kenaikan. Saat ini, kopi dengan kualitas premium atau petik merah dihargai Rp 130.000 per kilogram, sedangkan untuk kualitas asalan seharga Rp 72.000 per kilogram. 


Kenaikan ini telah berlangsung hampir satu tahun terakhir karena tingginya permintaan dari konsumen.

Prof Dr Didik Susetyo, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya (Unsri) dan pengamat ekonomi,  menyatakan kenaikan harga kopi ini merupakan peluang bagi petani kopi di Sumsel untuk meningkatkan kualitas kopinya. 

"Petani harus menjaga kualitas kopi dengan melakukan seleksi ketat terhadap biji kopi yang dipanen. Kopi yang bagus seperti kopi luwak, memiliki nilai jual yang lebih tinggi," jelas Prof. Didik.

Selain itu, Prof. Didik juga menekankan pentingnya menjaga pasokan kopi agar stabil dan melakukan peremajaan tanaman kopi. 

"Sumsel merupakan produsen kopi terbesar, namun sayangnya nilai tambah kopi Sumsel masih rendah karena tertinggal dalam hilirisasi," tambahnya.

Prof. Didik menilai bahwa salah satu penyebab kenaikan harga kopi Sumsel adalah karena pasokan kopi dari negara lain turun. 

"Permintaan kopi juga meningkat karena kopi robusta banyak digunakan untuk bahan obat kuat. Kopi Sumsel, seperti kopi Semende, Lahat, dan Pagaralam, memiliki potensi besar untuk dipasarkan ke mancanegara, seperti ke Amerika melalui Starbucks," ujarnya.

Prof. Didik berharap dengan kenaikan harga kopi ini, petani kopi di Sumsel dapat meningkatkan kesejahteraan mereka dan kopi Sumsel dapat dikenal di kancah internasional.