Harga Makin Anjlok, Petani Karet Muara Enim Makin Meringis

Tampak seorang petani sedang menyadap meski harganya sedang anjlok. (Noviansyah/Rmolsumsel).
Tampak seorang petani sedang menyadap meski harganya sedang anjlok. (Noviansyah/Rmolsumsel).

Kondisi petani karet di Kabupaten Muara Enim makin memprihatinkan. Sebab, hingga kini harga karet di tingkat petani makin merosot, hal itu berdampak pada perekonomian keluarga petani yang kian terpuruk.


Padahal, sebelumnya harga karet mingguan Rp7.100 per kg turun menjadi Rp6.100 per kg, dan bulanan Rp10.100 per kg menjadi Rp 9.050 per kg. 

"Harga karet saat ini Rp 6.100 per minggu, tidak naik-naik malah semakin turun. Sedangkan harga pupuk dan sembako naik terus,” jelas salah satu petani karet Sulbahri warga Desa Darmo, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim. 

Menurut Sulbahri, harga karet dalam beberapa bulan terakhir tidak kunjung mengalami kenaikan. Akibatnya, gairah petani karet lesu. Meski menurun, petani tetap menyadap karet, walau hasilnya hanya pas-pasan untuk biaya kebutuhan hidup sehari-hari.

"Beberapa tahun lalu harga karet sempat menembus harga Rp20 ribu per Kg. Kami berharap harga karet ke depan bisa di atas Rp10 per Kg," harap dia. 

"Saya ada kebun karet 2,5 hektar, namun diusahakan dengan sistem bagi hasil. Sebulan hasilnya 2,5 kwintal, kalau dijual dapat Rp2.750.000 biaya produksi Rp500 ribu per hektar total Rp1,5 juta. Jika penghasilan dikurang produksi hanya menerima sekitar Rp 1.250.000. Ini dibagi dua dengan penyadap, jadi kita hanya menerima Rp625 ribu per bulan. Jadi tidak sesuai lagi," rinci Sulbahri.