Harga Karet di Sumsel Turun Rp2.000 dalam Dua Pekan, Ini Update Terbarunya

Ilustrasi Karet. (net/rmolsumsel.id)
Ilustrasi Karet. (net/rmolsumsel.id)

Harga karet dunia terus mengalami penurunan dalam kurun waktu dua pekan terakhir. Berdasarkan data Singapore Commodity (SGX-Sicomm), harga karet dengan kadar karet kering 100 persen di tanggal 18 Oktober 2022 mencapai Rp20.239 per kilogram.


Harga tersebut terus-terusan turun setiap harinya. Update harga terbaru, Selasa (1/11), harga karet dengan kadar karet kering 100 persen mencapai Rp17.923 per kilogram. Sehingga ada penurunan sekitar Rp2.316 atau 11,44 persen dalam kurun waktu sekitar dua pekan. 

Anjloknya harga komoditas unggulan masyarakat Sumsel tersebut disebabkan beberapa faktor. Namun faktor utamanya adalah krisis ekonomi di sejumlah negara industri di Benua Eropa dan Amerika yang menyebabkan berkurangnya konsumsi karet. 

"Krisis di negara industri ini menyebabkan daya beli masyarakatnya berkurang. Mereka lebih mementingkan membeli bahan pangan yang harganya mengalami kenaikan ketimbang membeli produk karet," kata Staf Analis Psp Ahli Madya Dinas Perkebunan Provinsi Sumsel, Rudi Arpian saat dibincangi Kantor Berita RMOL Sumsel. 

Rudi mengatakan, harga karet seharusnya bisa mengalami kenaikan setelah kurs dolar mengalami penguatan. Namun, karena permintaan karetnya memang sedikit, maka harganya terus turun. "Serapan karetnya kurang. Perusahaan banyak membatasi pembelian bahan baku karena krisis ekonomi," ucapnya. 

Dijelaskannya, harga tersebut belum termasuk ongkos produksi yang dikeluarkan pabrik karet. Sehingga, harga karet di tingkatan petani saat ini bisa mencapai Rp6-8 ribu. 

"Kalau harga di petani tingkatan UPPB (Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar) itu harganya bisa mencapai Rp7-8 ribu. Tapi kalau non UPPB itu hanya sekitar Rp6 ribu," terangnya. 

Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Sumsel, Agus Darwa mengatakan, pihaknya tetap melakukan pendekatan kepada petni untuk tetap menjaga mutu karet yang dihasilkan. "Sehingga kandungan kadar karet kering (KKK) yang dihasilkan bisa terjaga dan petani mendapatkan harga yang lebih layak," ucapnya. 

Terkait peningkatan produksi, pihaknya juga telah mengerahkan tenaga pendamping peningkatan produksi perkebunan (TP4) ke kelompok petani karet. "Mudah-mudahan dengan menjaga mutu dan kuantitas produksi, pendapatan petani karet tetap stabil," tandasnya.