Harga karet di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mengalami penurunan tipis pada hari ini, Kamis (17/6).
- BPKP Beberkan Permasalahan yang Menghantui BUMD di Sumsel
- Pertamina Uji Coba Pembatasan Pembelian Solar Subsidi di 34 Daerah
- Zulhas Butuh Tambahan Anggaran Buat Kejar Swasembada Pangan
Baca Juga
Untuk Kadar Karet Kering (KKK) 100 persen, harga komoditas unggulan masyarakat Sumsel ini mencapai Rp 19.425 per kilogram. Harga tersebut lebih rendah sebesar Rp35 jika dibandingkan harga, Rabu (16/6), yang mencapai Rp 19.460 per kilogram.
Sementara, KKK 70 persen dipatok Rp13.589 per kilogram. Untuk KKK 60 persen harganya hanya Rp11.655 per kilogram. Lalu, untuk KKK 50 persen dibeli dengan harga Rp 9.713 per kilogram. KKK 40 persen sebesar Rp7.770 per kilogram.
Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian mengatakan, harga karet terus mengalami fluktuasi sejak awal perdagangan Juni. Menurutnya, penentuan harga sangat tergantung dengan perdagangan internasional.
“Harga karet ini mengacu ke perdagangan karet di Singapura,” kata Rudi saat dibincangi, Kamis.
Rudi mengatakan, untuk harga di tingkatan petani sangat tergantung dari kualitas karet yang dihasilkan. Rata-rata saat ini, kualitas karet di Sumsel memiliki tingkat KKK sebesar 50-70 persen. Khususnya yang tergabung dalam Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB).
“Untuk yang tergabung dalam UPPB, petani bisa mendapatkan harga lebih tinggi ketimbang menjual di tengkulak,” tuturnya.
Saat ini, pembentukan UPPB terus diperbanyak. “Sampai Mei, sudah terbentuk 25 unit UPPB. Jumlah totalnya sudah 290 unit. Mudah-mudahan target 50 UPPB tahun ini bisa terealisasi,” sebutnya.
- Eksekutor Penyiraman Air Keras Terhadap Aktivis Sumsel Ditembak Polisi
- Perpanjang PPKM, MF Ridho: Jangan Sampai Masyarakat Lapar
- Ditegur Mendagri, Pemprov Sumsel Langsung Bayar Insentif Nakes