Masyarakat Sumatera Selatan khususnya kota Palembang diminta untuk lebih waspada terhadap efek peralihan musim yang mengakibatkan cuaca ekstrem saat ini.
- Wali Kota Ratu Dewa Sambut Baik Tawaran Investasi China untuk Smart City dan Penanggulangan Banjir Palembang
- Saluran Air Tertutup Ruko Diduga Jadi Penyebab Banjir di Jalan SMB Palembang
- Hujan Deras Picu Banjir di Palembang, Warga Sukodadi Kesal Janji Pemkot yang Tak Kunjung Terpenuhi
Baca Juga
"Di masa transisi ini kemungkinan cuaca ekstrem memang sering muncul. Seperti hujan lebat, angin kencang, puting beliung. Untuk hujan yang mengguyur Palembang beberapa waktu belakangan juga sudah masuk kategori ekstrem," kata Kepala Stasiun Metereologi SMB II, Desindra Deddy Kurniawan yang dibincangi Kantor Berita RMOLSumsel.
Kondisi ini, katanya merupakan dampak atas aktivitas awan kumulonimbus atau awan yang berbentuk besar kelabu dan cenderung gelap serta menjulang tinggi seperti kembang kol. Hanya saja sifatnya fluktuatif atau tidak setiap hari kita akan merasakan hujan.
"Hujan biasa saja bisa mengakibatkan banjir, apalagi kalau intensitasnya lebat dan berpotensi puting beliung seperti saat ini. Oleh sebab itu penting untuk menjaga kebersihan lingkungan," jelasnya.
Berdasarkan prakiraan cuaca, menurut Desindra, kondisi ini diprediksi akan berlangsung hingga Oktober-November mendatang.
Untuk mengatasi persoalan banjir yang terjadi di kota Palembang beberapa waktu terakhir, Pemkot berencana untuk menambah pompanisasi.
Hanya saja, menurut Wali Kota Harnojoyo, penambahan pompa ini terkendala proses pembangunan yang sedang berlangsung. "Rencananya di Sungai Buah dan di Sungai Sekanak Lambidaro tapi sekarang disana masih dalam tahap restorasi," katanya.
Harnojoyo juga mengatakan bahwa banjir di kota Palembang disebabkan oleh debit air yang terlalu banyak, karena curah hujan yang tinggi saat ini melebihi kapasitas drainase (saluran pembuangan) yang dimiliki oleh kota Palembang.
"Tapi kami akan terus berupaya untuk meminimalisir genangan (banjir) ini. Walaupun ada banjir, tidak terlalu parah saat ini dan lebih cepat surut," klaim Harnojoyo.
Hal yang sama diungkapkan oleh Kepala Dinas PUPR kota Palembang, Ahmad Bastari Yusak. Berkaca pada kejadian hujan deras yang menyebabkan banjir besar di sejumlah wilayah pada Senin (13/9) lalu, menurutnya belum dikategorikan darurat.
Iapun membantah jika air lambat surut karena sistem pompanisasi bendung mengalami kerusakan. Justru menurutnya dari enam mesin yang ada, tiga mesin sengaja tidak difungsikan.
"Jadi bukan karena rusak (pompanisasi bendung). Kalau untuk hujan kemarin terbilang kondisinya belum darurat. Jadi yang dioperasikan cukup tiga pompa," ungkapnya kepada Kantor Berita RMOLSumsel, Selasa (14/9).
Ia kembali menegaskan mengenai kondisi pompa yang tidak rusak dengan memberikan penjelasan teknis. Dalam kondisi itu, menurutnya debit air yang terukur hanya sekitar 1,8 meter kubik. Oleh sebab itu, hanya tiga unit pompa yang difungsikan.
"Lain halnya jika debit air mencapai 5 meter kubik per detik, maka semua akan kita fungsikan. Jadi, bukan rusak, karena kalau semuanya dihidupkan mubazir," ungkap Bastari.

Meski demikian, dikatakannya jika saat ini Pemkot Palembang terus berupaya melakukan pembenahan ruang resapan di sejumlah wilayah di Palembang untuk meminimalisir dampak banjir yang dikeluhkan oleh masyarakat.
Namun, apa yang disampaikan oleh Bastari berbeda dengan yang diungkapkan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Ratu Dewa saat banjir pada awal September lalu.
Saat itu, Ratu Dewa sempat meminta maaf kepada masyarakat Palembang karena belum bisa maksimal mengatasi banjir yang datang tiba-tiba, terlebih lagi sistem pompanisasi bendung mengalami kerusakan. (baca: https://www.rmolsumsel.id/kebijakan-strategis-pemkot-palembang-atasi-banjir-wajib-terlihat-sibuk-saat-hujan-deras)
"Perlu kami infoke jugo bahwa ado beberapo pompa kito tadi agak telat beroperasi dan jugo ado yg dak optimal," ungkapnya saat itu.
Pompanisasi Bendung (istilah yang dikenal oleh warga), adalah Pompa Pengendali Banjir Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Bendung Kota Palembang yang selesai pembangunannya pada akhir tahun 2019.
Pompa ini dibangun dengan tujuan mengurangi banjir kota Palembang di SUB DAS Bendung. Sistem Pengendali Banjir Kota Palembang ini dilengkapi dengan kolam retensi dengan tampungan sebesar 50.000 m3 dan pintu air otomatis.
Pompanya sendiri memiliki spesifikasi tipe pompa submersible drainage pump dengan kapasitas 6.000 liter/detik yang diklaim dapat mengurangi genangan sebesar 245 Ha yang dibangun dengan nilai kontrak Rp 225 miliar. Pompa ini, diklaim mampu mengatasi banjir di kawasan Simpang Polda hingga Sekip.
Hanya saja, hadirnya pompanisasi ini disinyalir belum menjawab bagaimana cara mengatasi wilayah banjir atau genangan yang telah meluas. Tidak hanya di tengah kota tetapi juga telah sampai ke wilayah pinggiran kota Palembang.
- Wali Kota Ratu Dewa Sambut Baik Tawaran Investasi China untuk Smart City dan Penanggulangan Banjir Palembang
- Saluran Air Tertutup Ruko Diduga Jadi Penyebab Banjir di Jalan SMB Palembang
- Hujan Deras Picu Banjir di Palembang, Warga Sukodadi Kesal Janji Pemkot yang Tak Kunjung Terpenuhi