Selama ini atlet di Indonesia pasca tidak lagi menjadi atlet terkadang bernasib mengenaskan. Namun mulai sekarang dengan berlakunya Desain Besar Olahraga Nasional (DBON), persoalan itu tidak lagi terjadi.
- FORNAS VI Jadi Momentum Kebangkitan Olahraga dan Ekonomi Sumsel
- Berlakukan Promosi Degradasi pada Cabor DBON, Menpora: Tak Berprestasi Dikeluarkan dari Cabor Unggulan
- Sukses Luncurkan DBON, Kemenpora Siapkan Desain Besar Kepemudaan
Baca Juga
Banyak kisah mengenai atlet yang semasa aktif berprestasi membawa nama Indonesia di berbagai ajang olahraga baik single event maupun multievent. Namun setelah mereka pensiun baik karena faktor usia, cedera atau hal lain, hidup mereka banyak yang kekurangan. Hal itu dikarenakan semasa mudanya dihabiskan untuk berlatih dan bertanding sehingga tidak memiliki pekerjaan untuk menopang kebutuhan.
Tidak sedikit atlet yang dulunya berprestasi, di hari tuanya menjadi pemulung, Satpam, Office Boy, dan pekerjaan lainnya.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali mengatakan, per 9 September 2021 Presiden Joko Widodo menandatangani Keppres tentang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
“Jadi Presiden memerintahkan pada saya untuk mereview ekosistem pembinaan olahraga nasional termasuk masalah kesejahteraan. Jadi di DBON (solusi) dari hulu sampai hilir, termasuk sekolah atlet (muda) yang masih sekolah,” ujar Menpora saat menjadi bintang tamu dalam acara Susi Cek Ombak di episode Masa Depan Olahraga Indonesia di Studio Susi Pudjiastuti, Jakarta, Minggu (12/9).
Menurut Menpora, bahwa sekarang ini atlet berprestasi mendapat kesempatan diangkat menjadi PNS.
“Walaupun mereka PNS tapi atletnya tetap. Mereka tetap berlatih dan berprestasi. Bahkan kami sedang mencari jalan agar mereka yang tidak memungkinkan jadi PNS karena faktor usia tapi bisa mendapatkan pensiun,” terang Menpora.
Bahkan Pemerintah tidak membedakan atlet normal dengan atlet difabel. Pemerintah berupaya memfasilitasi dan mengapresiasi prestasi mereka dengan cara yang sama.
“Ini sangat luar biasa dengan apa yang sudah ditunjukkan oleh atlet paralimpiade. Karena itu, di DBON, kami sudah menempatkan atlet paralimpiade dengan atlet olimpiade posisinya sama,” tutur Menpora.
“Mereka (atlet paralimpiade) Pelatnas ditempatkan di Solo. Kenapa di Solo? Karena mereka mendapat dukungan dari (UNS) Universitas Sebelas Maret, khususnya untuk sport science. Di sana juga ada RS Soeharso yang sudah didedikasikan untuk disabilitas sekaligus menjadi tempat penguatan sport science dan cedera atlet,” tambahnya.
- Menpora Targetkan Pembangunan Venue PON Rampung Juli
- Akhirnya Mertua Menpora Dito Ariotedjo Penuhi Panggilan KPK
- Menpora Tepis Isu Penundaan PON Sumut-Aceh