Dugaan Perbudakan Modern dalam Kasus Pemain Sirkus OCI Disorot

Taman Safari Indonesia (TSI)/Ist
Taman Safari Indonesia (TSI)/Ist

Taman Safari Indonesia (TSI) menjadi sorotan publik buntut pengakuan memilukan sejumlah mantan pemain sirkus saat bekerja. 


Di depan Wamen HAM Mugiyano, mantan pemain Oriental Circus Indonesia (OCI) yang berada di bawah naungan TSI, mengaku diperlakukan secara tidak manusiawi selama puluhan tahun.

Menanggapi hal itu, dosen Hukum dan HAM dari STIH Adhyaksa, Muhammad Arbani menyesalkan bahwa Indonesia belum terbebas dari perbudakan.

"Walaupun sebenarnya ini sudah lama, akan tetapi ini menimbulkan stigma bahwa Indonesia belum terbebas dari yang namanya perbudakan," kata Arbani kepada wartawan, Senin 21 April 2025.

Menurut Arbani, modern slavery atau perbudakan modern masih mungkin terjadi karena pengawasan praktik tersebut sangat sulit.

Apalagi, lanjut Arbani, bila pemerintah hanya mengeluarkan peringatan-peringatan lisan dan tertulis tanpa turun langsung ke lapangan.

"Jika seseorang bekerja dan mendapatkan siksaan baik secara fisik maupun verbal maka ini juga bisa masuk indikator modern slavery," kata Arbani.

Arbani mengatakan, ciri khas dari modern slavery adalah tindakan yang againts their will atau tidak sejalan dengan keinginan mereka. 

Indikator lain adalah ekpsloitasi kerja berupa beban yang berlebihan dengan upah rendah atau jauh dari angka layak namun memiliki resiko yang sangat tinggi.

Untuk itu, pengamat lulusan Masters of Law in Human Rights dari Leeds Beckett University ini berharap pemerintah dan aparat penegak hukum, seperti kepolisian harus serius membongkar praktik-praktik perbudakan modern.

"Saat ini perlu langkah bersama untuk membongkar praktik-praktik seperti ini," kata Arbani. 

Terlebih lagi kembali muncul tagar no viral no justice di media sebagai sosial terkait masalah dugaan perbudakan tersebut.

"Pengawasan terhadap pelanggaran HAM sangat bergantung pada kelompok-kelompok dalam masyarakat sehingga perlu adanya sinergitas bersama," kata Arbani.

Pihak Taman Safari Indonesia sudah membantah atas dugaan eksploitasi hingga kekerasan terhadap pemain OCI.

Pendiri Oriental Circus Indonesia (OCI), Tony Sumampau menegaskan, pihaknya sama sekali tidak melakukan tindakan kekerasan kepada para mantan pemain sirkus tersebut.

Meski demikian, Tony mengakui pada masa itu, pelatihan di OCI memang mengedepankan disiplin ketat, di mana sanksi berupa rotan digunakan dipakai guna mengoreksi kesalahan para pemain dalam pelatihan.

"Saya pikir sama dengan kita melatih senam, melatih olah raga, melatih bela diri, apa sama itu? Kalau kita salah pasti gurunya akan koreksi dengan keras ya. Karena itu akibatnya mencelakakan diri sendiri, dalam salto atau apa, kalau salah kan bahaya. Jadi memang harus tertib," kata Tony di kawasan Jakarta Selatan, Kamis 17 April 2025.