Polisi Lancashire kembali mendakwa dua pria atas pembunuhan mahasiswi hukum kelahiran Lebanon yaitu Aya Hachem.
- Satgas Kemanusiaan Indonesia Fokus Bantu Trauma Healing Untuk Korban Gempa di Turki
- Bawa Senjata untuk Angkatan Laut India, Kapal Kargo Rusia Malah Ditahan di Pelabuhan Cochin
- Kaleidoskop April 2024: Belasan Perangkat Desa di Muratara Dipecat Kades hingga Anak Kiai Gerentam Maju di Pilkada Muara Enim
Baca Juga
Keduanya yakni Suhayl Suleman (37) dan Lewis Otway (41).
Polisi Lancashire mengatakan ditahap awal penyelidikan keduanya sempat dibebaskan tanpa dakwaan. Namun, kini keduanya akan muncul dipengadilan.
"Mereka telah didakwa dengan pembunuhan Hachem dan percobaan pembunuhan Khan," katanya dikutip dari Arabnews.com, Jumat (28/1).
Seperti diketahui, kasus ini terjadi di Inggris hampir dua tahun lalu. Dimana, tujuh orang telah dipenjara dengan total pidana lebih dari 200 tahun.
Kejadian ini terjadi pada 17 Mei 2020 lalu. Saat itu, Aya Hachem tengah berjalan ke Supermarket untuk membeli makanan untuk keluarganya untuk berbuka puasa Ramadhan. Peluru menembus bahu kirinya dan menembus tubuhnya. Dia meninggal kemudian di rumah sakit. Mahasiswi tersebut menjadi korban salah sasaran dari Bos Perusahaan ban yakni Feroz Suleman (40).
Saat itu, Feroz telah mengatur eksekusi pengusaha saingannya yaitu Pachah Khan (31). Namun, pria bersenjata yang disewanya malah menembak mati mahasiswi dari Lebanon tersebut yang tidak bersalah.
Feroz Suleman dijatuhi hukuman minimal 34 tahun penjara sebelum pembebasan bersyarat dapat dipertimbangkan. Pria bersenjata itu, Zamir Raja (33) yang meleset dari tembakan pertamanya sebelum mengenai Hachem dengan yang kedua, juga dipenjara selama minimal 34 tahun.
Sopirnya, Anthony Ennis (31), harus mengabdi setidaknya 33 tahun. Kaki tangan Ayaz Hussain (36), Abubakr Satia (32), Utsman Satia (29), dan Kashif Manzoor (26), masing-masing dijatuhi hukuman penjara minimum 32 tahun, 28 tahun, 28 tahun, dan 27 tahun.
Dikutip dari BBC, Keluarga Hachem melarikan diri dari kekerasan di negara asal mereka Lebanon ketika dia masih kecil dan menetap di Blackburn, di utara Inggris, di mana dia bermimpi menjadi seorang pengacara.
Ayah Aya Hachem, Ismail mengatakan mimpinya telah dihancurkan oleh pembunuhan putrinya.
“Saya pikir saya akan aman di sini … di kota kecil ini. Tidak ada masalah besar,” katanya kepada BBC saat itu. “Semua impian saya (adalah) Aya. Semuanya adalah Aya," katanya.
“Dia punya mimpi besar, dia membantu banyak orang. Di mana saja, semua orang menyukai Aya. Tapi kami kehilangan Aya. Keluargaku kehilangan Aya.” tutupnya.
- Prabowo Bawa Komitmen Investasi Rp135 Triliun dari Inggris, BKPM Pastikan Implementasi Cepat
- Israel Bombardir Pinggiran Beirut, Bunuh 40 Orang
- Dua Tentara Indonesia Terluka, UNIFIL Ungkap Israel Sengaja Serang Menara Pengawas