DPRD Sumsel Minta PPDB di Palembang Dievaluasi

RA Anita Noeringhati (Dudy Oskandar/RMOLSumsel.id)
RA Anita Noeringhati (Dudy Oskandar/RMOLSumsel.id)

Kisruh Penerimaan peserta didik baru (PPDB) tingkat SMAN di Kota Palembang dan Sumatera Selatan (Sumsel)  menjadi perhatian pihak DPRD setempat.


Ketua DPRD Sumsel RA Anita Noeringhati  menilai, pemerintah Provinsi maupun kota belum siap melaksanakan PPDB. Sehingga, proses penerimaan siswa baru di berbagai wilayah masih menimbulkan kegagalan.

“ Artinya infrastruktur, sosialisasi  ini belum disampaikan, namun kalau boleh saya bicara sebagai Ketua DPRD Sumsel , PPDB ini harus dievaluasi , karena penerimaan siswa ini ada empat, zonasi, afirmasi, prestasi dan untuk kepindahan orangtua itu, zonasi belum tentu di satu daerah  itu ada sekolah negeri yang ingin mereka daftar , itu menjadi kendala,” kata politisi Partai Golkar ini, Rabu (3/7).

Karena itu menurutnya kenapa penerimaan siswa SMA tidak dikembalikan dengan sistem test saja laiknya seleksi CPNS untuk mencegah terjadinya kecurangan.

"CAT itu bisa online dan langsung bisa diterima  dan masyarakat bisa paham, menerima dengan hasil yang sesuai dengan kemampuan anak-anak itu. Ini sekarang jalur afirmasi ada prasangka yang masuk itu tidak sesuai kriteria, afirmasi kan diberikan kepada anak-anak yang kurang mampu, maupun dari prestasi katanya itu bisa dimainkan , begitu juga zonasi ada rumah jaraknya di bawah 1 Km tidak diterima , tapi ada yang rumahnya 2 Km malah diterima nah yang tahu itu khan panitia,” katanya.

Dia berharap jangan sampai setiap tahun  PPDB ini bermasalah dan mempersulit para peserta didik untuk mencari sekolah untuk belajar.

Dengan mengubah sistem penerimaan, seperti CAT masyarakat pun dapat menerima apapun hasil akhir dari seleksi.

“Sistem ini yang harus dirubah , agar masyarakat juga bisa menerimanya secara adil, keadilan,” ujarnya.

Selain itu, ia pun mengusulkan agar sekolah membatasi untuk membuat ruang kelas baru. Sebab, bila sekolah favorit membuat ruang kelas baru otomatis mengurangi jatah sekolah lain apalagi swasta.

“Saya ke OKI ada satu SMP swasta yang sekarang ini muridnya tinggal 16 orang karena  tergerus oleh sekolah-sekolah yang menambah kelas baru, ini khan pemerataan dan keadilan harus dijaga,” katanya.