Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang merebak di Kabupaten OKU Timur, khususnya di wilayah Belitang, membuat masyarakat resah. Hal ini disebabkan tidak hanya sulitnya mendapatkan fasilitas rawat inap di rumah sakit, tetapi juga lambannya penanganan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten OKU Timur.
- Kasus DBD di Empat Lawang Meningkat, Capai 152 Kasus hingga November 2024
- Kasus DBD di Muara Enim Meningkat, Dinkes Imbau Masyarakat Terapkan Ini
- Empat Warga Banyuasin Meninggal Dunia Akibat Demam Berdarah Dengue
Baca Juga
Ketua DPC Pro Garda Indonesia Bersatu (PROGIB) OKU Timur, Parlin Nainggolan mengingatkan Dinkes untuk segera mengambil tindakan tegas dalam pencegahan dan penanganan DBD di Belitang.
"Kami minta Dinkes OKU Timur untuk tidak bermain-main dalam menangani kasus DBD. Segera lakukan fogging di rumah warga dan sekolah-sekolah," tegas Parlin, Selasa (17/12).
Parlin juga mempertanyakan ketidakcocokan data jumlah kasus DBD yang dikeluarkan oleh Dinkes. Berdasarkan data yang ada hanya satu kasus yang dilaporkan, sementara di lapangan jumlah penderita sudah mencapai puluhan orang.
"Aneh, Dinkes hanya menyatakan ada satu kasus. Padahal faktanya, sudah ada banyak warga yang terjangkit DBD. Jika seperti ini, bupati harus turun tangan agar masyarakat merasa tenang," ujar Parlin.
Menurutnya, mengingat musim pancaroba dan curah hujan yang tinggi, Dinkes seharusnya sudah melakukan fogging sebagai langkah pencegahan. "Namun sampai saat ini, fogging belum dilakukan. Ini menimbulkan kesan ada pembiaran," tambahnya.
Parlin pun menekankan agar Pemkab OKU Timur segera mengambil langkah tegas, seperti menyiapkan fasilitas kesehatan yang cukup untuk pasien DBD dan mengedukasi masyarakat tentang cara pencegahan, termasuk membagikan obat pembunuh nyamuk.
"Jangan sampai hal serupa terulang, pasien DBD kesulitan mendapat kamar rawat inap seperti kasus beberapa warga di Belitang kemarin," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinkes OKU Timur, M Yakub mengatakan pihaknya belum menerima data yang akurat dari RSUD OKU Timur terkait pasien yang mengalami DBD.
"Fogging belum bisa dilakukan karena kami belum menerima data pasien DBD dari rumah sakit. Kami memerlukan data yang akurat untuk acuan fogging," ujar Yakub.
Yakub juga menambahkan bahwa melakukan fogging tanpa data yang tepat dapat berdampak buruk. "Jika fogging dilakukan tanpa mengetahui pasti adanya nyamuk atau hanya ada jentik nyamuk, itu bisa membuat nyamuk menjadi kebal dan lebih berbahaya," jelas Yakub.
Direktur RSUD OKU Timur, dr. Sugihartono mengakui bahwa data pasien DBD belum dilaporkan ke Dinkes karena pasien masih dalam proses perawatan. "Pasien DBD di rumah sakit kami memang belum dilaporkan karena masih dalam perawatan," singkatnya.
- Kades Sidodadi Tikam Marbot Hingga Kaki Kiri Diamputasi, Ditangkap Setelah Dua Bulan Buron
- Kasus DBD di Empat Lawang Meningkat, Capai 152 Kasus hingga November 2024
- Kasus Demam Berdarah di OKU Timur Meningkat, Warga Keluhkan Sulitnya Dapatkan Pelayanan Rawat Inap