Dewan Pariwisata Thailand Keluhkan Penerapan Pembatasan Level 4

ilustrasi/net
ilustrasi/net

Keputusan Pemerintah Thailand menaikkan tingkat kewaspadaan Covid-19 ke Level 4 disesalkan sejumlah pelaku usaha pariwisata.


Mereka mengatakan alih-alih membatasi kegiatan perjalanan, kebijakan negara seharusnya memungkinkan orang untuk hidup dengan virus.

Chamnan Srisawat, Presiden Dewan Pariwisata Thailand, mengatakan peringatan Covid-19 yang baru akan meningkatkan kecemasan di antara orang-orang dan inkonsistensi dalam operasi bisnis karena permintaan berfluktuasi.

"Ini adalah situasi yang paling mengkhawatirkan bagi sektor pariwisata," katanya, seperti dikutip dari Bangkok Post, Rabu (23/2).

"Peringatan baru yang mendorong orang untuk menghindari perjalanan antar provinsi yang tidak penting tidak berbeda dengan semi-lockdown sebelumnya, yang juga berdampak pada industri," kata Chamnan.

Charman mengatakan, tindakan tegas yang memungkinkan kegiatan ekonomi berjalan seperti biasa diperlukan setelah negara itu menghadapi pandemi selama dua tahun.

“Karena pariwisata sangat bergantung pada kepercayaan dan kebijakan pemerintah, tindakan apa pun dari pihak berwenang harus konsisten dan menghindari kesalahan yang sering dilakukan agar industri pariwisata pulih dalam jangka panjang,” katanya.

Dia mengatakan Thailand dapat belajar dari negara lain yang memungkinkan orang untuk hidup normal dan sekaligus pulih dari krisis.

"Misalnya, Maladewa memprioritaskan ekonomi dengan membuka kembali sepenuhnya dan melihat kedatangan turis melampaui level 2019," kata Chamnan

Sementara Presiden Asosiasi Perjalanan Domestik Thanapol Cheewarattanaporn mengatakan pemerintah seharusnya fokus pada jumlah kematian dan kasus parah, sambil meluncurkan rencana kesehatan masyarakat yang konkret untuk menenangkan kecemasan masyarakat.

"Pencarian proaktif untuk orang yang menular sangat penting untuk menghentikan virus yang sangat menular dan dapat membantu meratakan kurva," katanya.

"Pemerintah harus mengadopsi langkah-langkah pencegahan lainnya, seperti mendistribusikan alat uji antigen (ATK) mingguan gratis kepada 50 juta orang selama sebulan dan mendirikan tempat uji ATK di komunitas, pasar segar atau titik angkutan umum massal," lanjut Thanapol.