Debat pamungkas antara calon wali kota dan wakil wali kota Pagar Alam yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) hari ini mendapat sorotan publik. Masyarakat menilai tidak ada pasangan calon yang terlalu menonjol dalam debat tersebut, karena hampir semua pasangan lebih banyak membahas isu pariwisata, ekonomi kreatif, dan lingkungan yang dianggap kurang relevan dengan persoalan utama warga.
- Debat Kedua Pilkada Lubuklinggau 2024 Diundur, Berikut Tanggal Waktu dan Tempat
- Respons Herman Deru Saat Cik Ujang Kesulitan di Debat Kedua
- Paslon Wali Kota Lubuklinggau Beradu Strategi Pendidikan dalam Debat Publik
Baca Juga
Debat yang berlangsung dengan mengusung isu-isu seperti pengembangan pariwisata dan peningkatan sektor ekonomi kreatif ini, dinilai tidak menjawab kebutuhan mendasar masyarakat Pagar Alam, yang mayoritas berprofesi sebagai petani.
Meskipun seluruh pasangan calon sepakat bahwa industri pariwisata di kota Pagar Alam perlu ditingkatkan, publik menyayangkan bahwa tidak ada satu pun dari mereka yang membahas masalah kesejahteraan petani, seperti mahalnya biaya produksi pertanian dan harga kebutuhan pokok.
Rianto (50), seorang petani Pagar Alam, mengungkapkan kekecewaannya setelah mengikuti ketiga debat yang diadakan. Menurutnya, masalah yang paling mendesak adalah tingginya biaya produksi pertanian, seperti harga pupuk dan pestisida yang terus merangkak naik. Ia menilai bahwa jawaban para calon wali kota dan wakil wali kota selama debat tidak menyentuh persoalan sehari-hari yang dihadapi petani.
“Saya mengikuti tiap acara debat publik yang diadakan, namun sayangnya, para paslon ini hanya fokus membahas soal pariwisata. Padahal, ekonomi masyarakat Pagar Alam bergantung pada sektor pertanian. Mestinya mereka memikirkan bagaimana cara meringankan beban petani, misalnya dengan mensubsidi pupuk atau memberikan bantuan alat pertanian,” ungkap Rianto, Senin (18/11).
Selain itu, Rianto juga mengkritik minimnya pembahasan mengenai mahalnya harga kebutuhan pokok yang semakin memberatkan kehidupan sehari-hari warga. Menurutnya, isu ini harus menjadi perhatian utama para calon kepala daerah dalam program mereka.
“Memang, harga kopi sedang mahal, namun siapa yang menjamin harga akan tetap seperti itu? Sementara harga kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, dan barang lainnya juga terus naik. Mestinya calon wali kota dan wakil wali kota menawarkan program yang langsung menyentuh kebutuhan hidup masyarakat agar bisa menarik pemilih,” tambahnya.
Hingga saat ini, Rianto mengaku belum menentukan pilihan calon kepala daerah yang akan dipilihnya pada Pilkada 27 November mendatang, karena merasa jawaban yang diberikan oleh ketiga paslon tidak cukup memadai untuk menyelesaikan masalah yang dirasakan masyarakat.
- Asyik Nongkrong Berujung Petaka, Motor Tabrak Parit di Pagar Alam, Tiga Orang Jadi Korban
- Tanpa Sidak, Hari Pertama Kerja di Dinas Pariwisata Pagar Alam Diisi Halal Bihalal dan Makan Bersama
- Arus Balik Bawa Berkah, Penjualan Oleh-Oleh Khas Pagar Alam Melejit, Kopi Jadi Primadona