Damprat China, Menlu AS Bawa-bawa Indonesia

Hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China masih tetap panas. Dalam perseteruan terbaru, AS menyerang China dengan pernyataan yang menyeret-nyeret nama Indonesia.


Perang mulut antara pejabat tinggi AS dan China itu terjadi Konferensi Keamanan di Hotel Bavarian, Munich, Jerman pada Sabtu lalu (15/2).

Saat itu Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengawali pidatonya dengan mendeklarasikan bahwa Barat (khususnya demokrasi) telah menang telak.

"Bangsa-bangsa yang bebas secara sederhana lebih sukses dibandingkan dengan model yang selama ini pernah dicoba sepanjang sejarah peradaban manusia," ujar Pompeo seperti dimuat DW.

Selanjutnya dalam pidato berdurasi 16 menit tersebut, Pompeo tidak lain membahas kekuatan baru yang menjadi salah satu musuh terkuatnya, yakni China. Dalam pandangan Pompeo, China adalah negara yang patut untuk ditakuti dibandingkan dengan kekuatan-kekuatan lainnya. Pasalnya, China telah bertindak agresif selama ini.

"China melanggar batas di zona ekonomi eksklusif Vietnam, Filipina, dan Indonesia. China memiliki sengketa perbatasan atau maritim dengan setiap negara yang berbatasan dengannya," ujar Pompeo.

"Keamanan dunia maya, Huwawei dan perusahaan teknologi yang didukung China lainnya adalah kuda Trojan untuk intelijen China," lanjutnya.

Setelah Pompeo, Menteri Pertahanan AS Mark Esper juga ikut memberikan suara. Dalam pidatonya, Esper mengatakan di bawah kepemimpinan Presiden China Xi Jinping, Partai Komunis China memang telah bergerak cepat, namun dengan arah yang salah.

"Represi internal, praktik ekonomi yang predator, berat tangan (sulit bernegosiasi), dan yang lebih penting untuk saya, postur militer yang lebih agresif," ujar Esper.

Menanggapi kedua pion Trump itu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi memberikan balasan yang cukup keras. Wang mengatakan, dari pernyataan Pompeo dan Esper, terlihat AS saat ini tengah berjuang di tengah ketakutan akan munculnya kekuatan baru seperti China.

"Barat juga harus menghindari superioritasnya serta meninggalkan prasangka dan kecemasannya terhadap China," ujar Wang. [ida]