Cuaca Panas, Petani Cabai di Ogan Ilir Merugi

Rohaya, petani cabai di Ogan Ilir tengah memanen cabai di kebunnya. (yuni rahmawati/rmolsumsel.id)
Rohaya, petani cabai di Ogan Ilir tengah memanen cabai di kebunnya. (yuni rahmawati/rmolsumsel.id)

Kondisi cuaca panas dalam beberapa pekan terakhir berimbas terhadap tanaman cabai petani di Kabupaten Ogan Ilir. Petani cabai di wilayah tersebut mengalami kerugian yang cukup besar lantaran banyak tanamannya yang rusak dan tidak layak dijual. 


Salah seorang petani cabai, Rohayah mengatakan, awal Oktober lalu seharusnya menjadi waktu yang menggembirakan bagi dirinya. Pasalnya, saat itu tanaman cabainya mulai panen. Namun, kondisi tersebut rupanya tidak sesuai harapan. Lantaran banyak tanamannya yang mengalami kerusakan. 

“Ini sudah mau habis masa panen, untuk cabai sendiri banyak yang rusak. Rusak ini juga tidak ada obatnya, jadi panen kali ini tidak maksimal hanya dapat 21 kilogram,” katanya saat dibincangi Kantor Berita RMOL Sumsel, Rabu (13/10).

Ia juga mengeluhkan musim kemarau yang membuat cabai cepat kering dan rusak. Jika panas, tanaman juga harus disiram lebih intens dari biasanya. Cabai keriting yang ia tanam juga mengalami kerugian pada panen kali ini karena cabai kering dan busuk tak masuk hitungan jual.

“Kondisi cuaca panas dan jarang hujan. Sehingga kekurangan air. Inilah yang menjadi penyebab cabai seperti ini (rusak), kalau rusak orang juga tidak mau ambil,” tambahnya.

Petani lainnya, Kartini yang juga memiliki ladang cabai sebesar 20x20 meter ini juga mengalami kerugian."Sama, kita juga rugi. Karena banyak cabai yang rusak karena kemarau dan jarang hujan," tuturnya.

Perempuan berusia 41 tahun ini mengatakan, cabainya tidak laku jika dijual ke pasar. Kalaupun ada yang mau beli, harganya sangat jatuh. 

"Kita jual ke penada dengan harga 13 ribu per kilogram. Dan untungnya dikit, apalagi kalau busuk dan kering seperti ini," pungkasnya.