Cuaca Ekstrem Bisa Ganggu Pergerakan Inflasi di Sumsel

Pertemuan High Level Meeting (HLM) di OPI Whydam Hotel Palembang. (ist/rmolsumsel.id)
Pertemuan High Level Meeting (HLM) di OPI Whydam Hotel Palembang. (ist/rmolsumsel.id)

Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumatera Selatan (Sumsel) menggelar High Level Meeting (HLM) bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) kabupaten/kota se Sumsel, Rabu (13/6).


HLM ini bertujuan untuk memonitor dan mengantisipasi pergerakan harga kebutuhan pokok, terutama menjelang Idul Adha 1445 H dan libur sekolah.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumsel, Ricky P Gozali, mengungkapkan bahwa saat ini inflasi di Sumsel pada Mei 2024 berada di angka 2,98 persen, di atas nasional yaitu 2,84 persen. 

"Meskipun demikian, patut diapresiasi karena inflasi Sumsel merupakan terendah kedua di Sumatera," ujar Ricky.

Lebih lanjut, Ricky menjelaskan bahwa HLM ini penting untuk membahas berbagai pergerakan komoditas penyumbang inflasi, risiko yang dihadapi, serta rekomendasi untuk menekan angka inflasi.

"Sejak Idul Fitri 2024 lalu, beberapa komoditas seperti emas perhiasan, gula pasir, dan bawang merah menjadi pendorong inflasi," jelasnya.

Berdasarkan data, inflasi di Sumsel masih aman dan terkendali sejak 2021-2023. Namun, perlu diwaspadai bahwa menjelang akhir tahun, inflasi biasanya merangkak naik. Ditambah lagi dengan potensi musim hujan (La Nina) yang dapat mengganggu pasokan bahan pangan.

"Untuk mengendalikan inflasi, kami merekomendasikan 4 K, yaitu: Ketersediaan pasokan (melalui Gerakan Sumsel Mandiri Pangan), kelancaran distribusi (memastikan kelancaran logistik dan implementasi KAD antar-provinsi), keterjangkauan harga (memantau harga di pasar dan menggelar operasi pasar murah), dan komunikasi yang efektif," papar Ricky.

Menanggapi hal tersebut, PJ Gubernur Sumsel, Agus Fatoni, meminta seluruh kepala daerah dan TPID di Sumsel untuk melakukan langkah antisipasi dan mengoptimalkan ketersediaan pangan melalui Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) di berbagai tingkatan.

"Hingga saat ini, masih ada beberapa daerah yang belum melaporkan kegiatan gerakan menanam dan di daerah tersebut juga terjadi kenaikan harga. Ini perlu menjadi perhatian," tegas Fatoni.

Fatoni juga menghimbau agar tidak ada pungutan liar di sekolah yang dapat mendorong inflasi. Selain itu, ia meminta kewaspadaan daerah terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat berdampak pada lingkungan dan inflasi.