China telah memulai pembangunan proyek hidrogen hijau skala besar yang akan menggunakan tenaga surya dan angin di Daerah Otonomi Mongolia Dalam, China.
- Menag Yaqut Umumkan Hari Raya Iduladha Jatuh Pada Hari Selasa 20 Juli 2021
- Yonif Raider 142/KJ Bertugas Jaga Perbatasan RI-PNG, Pangdam: Persiapkan Satuan dengan Baik
- China Sahkan Undang-undang Perbatasan Darat
Baca Juga
Menurut keterangan China Petroleum & Chemical Corporation (Sinopec), penyuling minyak terbesar di negara itu, nilai proyek mencapai 828,04 juta dolar AS, dan merupakan yang terbesar di dunia dalam bidang kimia batubara hidrogen hijau.
Menurut Xu Zhendong, direktur eksekutif Sinopec Star Petroleum cabang Mongolia Dalam, hidrogen hijau dan oksigen hijau yang dihasilkan di sana akan diangkut melalui jaringan pipa ke proyek percontohan pemrosesan dalam batubara untuk menggantikan sebagian produksi yang menggunakan metode batubara-ke-hidrogen yang ada.
"Setelah beroperasi penuh, proyek ini diharapkan dapat mengurangi emisi karbon dioksida tahunan sekitar 1,43 juta ton. Itu setara dengan menanam sekitar 825.000 pohon," menurut Xu, seperti dikutip dari RT, Sabtu (25/2).
Mongolia Dalam saat ini merupakan salah satu wilayah penambangan batu bara terbesar di China, tetapi akan menjadi pusat energi terbarukan. Meskipun China masih sangat bergantung pada industri batu baranya yang besar, negara itu berharap dapat melakukan transisi bertahap ke alternatif terbarukan dan mencapai dekarbonisasi selama beberapa dekade mendatang.
China telah berencana untuk menjadi netral karbon pada tahun 2060 menyusul puncak emisi karbon pada tahun 2030.
Hidrogen dianggap hijau karena diproduksi dari energi terbarukan, seperti sumber matahari dan angin, dan tidak menghasilkan emisi karbon dioksida.
China, yang bertujuan menjadi negara netral karbon pada tahun 2060 adalah produsen hidrogen terbesar di dunia, meskipun sebagian besar saat ini diproduksi dari batu bara.
Hasil tahunan negara ini diperkirakan mencapai hingga 200.000 ton hidrogen – berkat energi terbarukan – untuk mengurangi emisi karbon dioksida hingga dua juta ton pada tahun 2025.
- Sempat Merosot, Harga Emas Mantul Lagi Didorong Aksi Bargain-Hunting
- China Integrasikan AI dalam Kurikulum Pendidikan Nasional
- Tarif Impor Trump untuk China Terus Bertambah Jadi 145 Persen