Cari Opsi Lahan, Pemkot Lubuklinggau Bakal Relokasi Rumah Warga di DAS Mesat

Rumah warga yang terdampak banjir. (ist/rmolsumsel.id)
Rumah warga yang terdampak banjir. (ist/rmolsumsel.id)

Pemerintah Kota (Pemkot) Lubuklinggau akan merelokasi perumahan warga yang tinggal di Daerah Aliran Sungai (DAS) Mesat setelah beberapa hari lalu terdampak banjir bandang.


Penjabat (Pj) Wali Kota Lubuklinggau, Trisko Defriansa mengatakan pihaknya telah meninjau lokasi banjir bandang dan melihat langsung sejumlah infrastruktur yang rusak.

"Pasca banjir bandang mungkin infrastruktur jembatan yang kita prioritaskan," kata Trisko Defriansa, Jumat (7/6).

Untuk relokasi rumah warga, Trisko mengatakan pihaknya sudah merencanakan dengan Perkim. Namun, hal itu dilakukan bila warga menginginkannya.

"Kalau mereka mau, kami cari lahan. Nanti kita bangun Rusunami (rumah susun milik sendiri)," ujarnya.

Trisko menambahkan, bila tidak direlokasi, dikhawatirkan rumah warga di daerah aliran sungai akan kembali terdampak banjir bandang. Sebab data pihaknya menyebutkan di Kelurahan Wirakarya dan Karya Bakti terdapat 5 rumah warga yang berada di pulau (ditengah sungai).

"Pasti setiap tahun langganan. Kita berharap itu solusinya yaitu relokasi," bebernya.

Sementara itu, Camat Lubuklinggau Timur II, Iie Sumirat mengungkapkan di wilayahnya cukup banyak rumah warga yang tinggal di daerah aliran sungai dan terdampak banjir bandang.

"Dari pihak warga itu hampir keseluruhan bersedia untuk di relokasi. Tapi kita masih menunggu hasil eveluasi Pak Wali Kota dan kita masih menunggu instruksi dari Bapak Wali Kota bagaimana kedepannya. Kalau memang harus direlokasi berarti kita harus mendata warga-warga yang terdampak," katanya.

Iie mengungkapkan, di wilayahnya terdapat 5 rumah warga yang terdampak banjir bandang. Pihaknya masih menunggu informasi lebih lanjut dari Pemkot dan kemarin menyampaikan kepada warga yang rumahnya terdampak apakah akan direnovasi atau direlokasi.

"Kemungkinan dua opsi yang akan dilakukan. Sekarang mereka (warga yang terdampak) tinggal dengan keluarganya. Sebab mereka rata-rata di pinggiran sungai itu masih ada hubungan keluarga semua. Jadi menumpang, salah satunya ada di rumah anaknya," pungkasnya.