Sempat dikejutkan dengan hengkangnya Wali Kota Lubuklinggau SN Prana Putra Sohe ke PKB dan eks Bupati Empat Lawang ke Partai NasDem, namun pengurus Partai Golkar bisa kembali tersenyum karena bergabungnya Ratna Machmud ke partai berlambang pohon beringin itu.
- Mengawal Janji Kepala Daerah Terpilih: Ratna-Suprayitno Targetkan 100 Persen Jalan Mulus di Musi Rawas
- Pasca Relokasi dari Lubuklinggau, RSUD dr Sobirin Musi Rawas Siap Kembali Layani Pasien
- Bupati Musi Rawas Instruksikan OPD Manfaatkan Program Smart City
Baca Juga
“Meski ada yang pergi, kami merasa senang juga ada yang datang. Di mana yang pergi Nanan sebagai simpatisan Golkar, kemudian kami menerima kehadiran kader Partai Golkar yakni Ratna Machmud yang merupakan Bupati Musi Rawas 2020-2025,” ujar Sekretaris DPD I Partai Golkar Sumsel, Herpanto ditemui di DPD I Partai Golkar Provinsi Sumsel, Selasa (22/6).
Herpanto menerangkan, setelah bergabung ke Partai Golkar, Ratna menduduki jabatan sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Partai Golkar.
“Jadi, kalau kita lihat dinamika politik masyarakat Sumsel saat ini, banyak tokoh- tokoh yang ingin ke Golkar dan kita membuka kesempatan bagi mereka yang ingin gabung. Insyaallah Golkar tidak kehilangan kader potensial untuk kontestasi Pemilu ke depan,” katanya.
Herpanto menyampaikan, hasil Pemilu 2019 lalu Partai Golkar di Sumsel dari 17 kabupaten/kota dan tingkat provinsi, berhasil meraih pimpinan DPRD, kecuali di Kota Palembang dan Kabupaten Muratara.
Sedangkan untuk kepala daerah, Golkar menempatkan beberapa kadernya sebagai kepala atau wakil kepala daerah, yaitu di Muba Dodi Reza Alex (Bupati), OKUS Popo Ali Martopo (Bupati), Mura Ratna Machmud (Bupati), Prabumulih Ridho Yahya (Wali Kota), PALI Soemarjono (Wakil Bupati) dan OKU Johan Anuar (Wakil Bupati).
“Jadi, kita tetap optimis pada Pemilu 2024 mendatang, Golkar akan jadi pemenang Pemilu di Sumsel,” tegasnya.
- Mengawal Janji Kepala Daerah Terpilih: Ratna-Suprayitno Targetkan 100 Persen Jalan Mulus di Musi Rawas
- Golkar Balik Kanan Dukung Airin-Ade Sumardi
- Pengamat: Jika Kepemimpinan Golkar Direbut Penguasa, Demokrasi Indonesia dalam Bahaya