Kecelakaan di areal tambang di Gunung Raja, Muara Enim yang menewaskan Nurul Hidayat pada Kamis (12/8) lalu terus mendapat sorotan.
- Aktivitas Tambang Bijih Nikel di Morowali Sebabkan Bencana Alam dan Hilangnya Nyawa
- Investigasi Fatality Bima Putra Abadi Citranusa Belum Diselesaikan Inspektur Tambang, Terdapat Perlakuan Berbeda?
- Inspektur Tambang Sumsel Pasrahkan Nasibnya ke Pusat
Baca Juga
Setelah sebelumnya sempat menyarankan agar perusahaan ditutup, anggota DPRD Sumsel Askweni mengatakan jika pihaknya juga berencana untuk memanggil pihak perusahaan.
Sebab, dalam kejadian ini menurutnya pihak perusahaan tidak bisa hanya berpikir tentang keuntungan. Tetapi juga tentang kemaslahatan masyarakat dan semua pihak.
Apalagi diketahui sampai saat ini perusahaan belum menunjukkan itikad baik dan bertanggung jawab terhadap keluarga korban.
"Jangan hanya berpikir profit saja , dan harus juga mengikuti aturan yang ada termasuk memikirkan nasib karyawannya. Ini sudah layak dipanggil untuk dimintai pertanggungjawaban karena sudah menyangkut nyawa dan keluarga korban yang ditinggalkan,"ungkapnya.
Pihak perusahaan, tambahnya sudah sepatutnya mengikuti semua aturan yang ada untuk berinvestasi di Sumsel. Itu sebabnya, kata Askweni apabila tidak patuh dengan aturan, maka lebih baik perusahaan itu ditutup atau keluar dari Sumsel.
Sebelumnya diberitakan, kejadian nahas ini bermula pada Kamis (12/8) malam sekitar pukul 19.30. Saat itu, korban Nurul Hidayat yang merupakan mandor dari PT Nusa Indo Abadi (PT NIA), subkontraktor dari PT Lematang Coal Lestari (PT LCL), tengah berada di lokasi kejadian bersama beberapa orang.
Korban datang ke lokasi untuk melakukan persiapan penggalian Over Burden (OB), yakni lapisan tanah yang menutupi lapisan dari batubara di areal tambang milik PT Musi Prima Coal (PT MPC).
Sebelum bekerja, korban menyempatkan diri duduk di depan dump truk berkode NIA 109 yang lagi terparkir bersama rekannya, bernama Mardani yang merupakan petugas Safety. Sesaat lagi ngobrol santai dan tanpa diketahui mereka berdua, salah satu sopir berinisial EJ juga bersiap melakukan loading OB dan naik ke atas dump truk yang diduga tanpa mengawasi keadaan sekitar.
Diduga, faktor besarnya kendaraan tersebut membuat driver EJ mengalami blind spot. Blind spot sendiri merupakan area di sekitar kendaraan di mana pengemudi tidak dapat melihat kendaraan lain pada saat berkendara, baik dari kaca spion maupun kaca samping kendaraan.
Melihat dump truk bergerak maju, korban Nurul Hidayat diketahui sempat menghindar namun kalah cepat dengan laju truk sehingga terlindas.
Sementara Mardani, petugas safety yang ada di lokasi kejadian juga ikut terkejut. Ia sempat berupaya menolong Nurul Hidayat, namun dirinya justru ikut menjadi korban. Kakinya dikabarkan sempat terlindas kendaraan yang sama.
Driver EJ sendiri baru sadar kendaraan yang dibawanya melindas sesuatu dan ternyata itu korban Nurul Hidayat. Setelah EJ menghentikan kendaraannya dan mengetahui hal itu, dia langsung membawa korban Nurul Hidayat dan Mardani ke Rumah Sakit AR Bunda, Prabumulih.
- Bupati Muara Enim Murka, PT ASL Diduga Cemari Sungai Lubai hingga Ribuan Ikan Mati
- Anggaran Diperketat, Bupati Muara Enim Minta DPR RI Kawal Pembangunan Infrastruktur
- Anggota DPRD Sumsel Desak Gubernur Alokasikan Lagi Bantuan Stek Kopi untuk Petani