Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN), dengan PT Thorchon Indonesia tengah berencana untuk mengembangkan Molten Salt Reactors (MSR) untuk menjadi pembangkit listrik di Indonesia.
- BRIN dan TNI AL Kembangkan Riset Teknologi Peperangan Laut
- Pendirian Kampus St Peterburg University di Indonesia Semakin Terbuka
- Pemindahan Ratusan Artefak dan Barang Arkeologi Sumsel ke Cibinong Dapat Protes Masyarakat
Baca Juga
MSR sendiri merupakan salah satu jenis PLTN yang dinilai aman dan ekonomis untuk diterapkan di Indonesia.
Plt Kepala Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir ORTN BRIN, Topan Setiadipura menjelaskan, MSR ini salah satu jenis PLTN generasi ke IV dengan ciri khas yang sangat ekonomis, tingkat keselamatan tinggi, limbah nuklir minimal, dan ketahanan proliferasi. Berbeda dengan jenis reaktor lainnya yang kebanyakan menggunakan bahan bakar uranium, MSR menggunakan torium sebagai bahan bakar utama. Menurut Topan, MSR termasuk reaktor nuklir generasi ke-IV yang paling menjanjikan, menggunakan liquid salt, dan dapat beroperasi pada tekanan tinggi maupun rendah.
“MSR keselamatannya secara umum disebutkan tidak bergantung listrik, maksudnya ketika listrik tidak ada seperti yang terjadi di Fukushima, reaktornya secara mandiri bisa menyelamatkan dirinya, istilahnya passive safety feature,” katanya dikutip dari website BRIN, Selasa (29/3).
Menurutnya, PLTN dapat menjadi pemacu bidang-bidang lain untuk ikut berkembang, seperti industri dan pendidikan. Dalam mewujudkan MSR, tentunya ada tantangan yang harus dihadapi. “Pada umumnya reaktor generasi ke-IV memiliki tantangan dalam mewujudkan konsep desainnya. Mengapa kita tampilkan tantangannya, agar kita dapat berkolaborasi bersama dan mengatasi masalah serta tantangan tersebut sehingga menghasilkan kesuksesan,” ujarnya.
BRIN kini telah bekerja sama dengan PT Thorchon Indonesia untuk melaksanakan riset dan pengembangan, serta inovasi di bidang ketenaganukliran khususnya teknologi Thorium MSR. Bahkan, pihaknya telah menandatangani nota kesepahaman dengan harapan dapat menghasilkan prototipe sebagai kandidat teknologi PLTN di masa depan.
“Riset dan pengembangan ini diharapkan dapat menghasilkan prototipe sebagai kandidat teknologi masa depan PLTN,” pungkasnya.
Sementara itu, Anggota Dewan Pakar Masyarakat Kelistrikan Indonesia, Arnold Soetrisnanto menambahkan, potensi torium lebih besar dibandingkan dengan uranium. Tetapi uranium ternyata lebih banyak dimanfaatkan sebagai bahan bakar PLTN. Sehingga, PLTN torium yang sebelumnya sudah pernah dimanfaatkan, kemudian ditinggalkan karena tidak populer, dan sekarang mulai dilirik kembali sebagai PLTN masa depan yang lebih aman. Hal ini terkait permasalahan politik di dunia pada tahun 50-60an saat PLTN dikembangkan.
“PLTN torium sudah pernah dibuat, tetapi tidak populer dan tidak disukai, sehingga ditinggalkan. Era tahun 50-60an saat perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika, perlombaannya tidak hanya di teknologi PLTN, namun juga penggunaan nuklir untuk senjata, teknologi senjata nuklir yaitu plutonium. Uranium lebih populer karena uranium menghasilkan plutonium, dan plutonium ini dipisahkan lalu digunakan untuk senjata nuklir,” jelas Arnold.
“Reaksi fisi torium tidak menghasilkan plutonium, sehingga lebih aman dan memiliki potensi lebih besar dibandingkan uranium, apalagi Indonesia mengacu pada politik yang damai,” tambahnya.
Arnold juga menyampaikan potensi pembangunan reaktor MSR berbahan bakar torium di Indonesia. Thorchon mengembangkan PLTN torium, membuat basic designed di Amerika dan ingin dikembangkan lebih lanjut, bekerja sama dengan Indonesia. Thorchon dan BRIN bekerja sama untuk membuat prototipe MSR yang pertama. “Satu-satunya saat ini perusahaan yang sudah masuk dan membuka cabang di Indonesia dan rencananya akan melakukan investasi ke Indonesia adalah Thorcon, yang membawa teknologi MSR dengan thorium energy-nya,” pungkasnya.
- BRIN dan TNI AL Kembangkan Riset Teknologi Peperangan Laut
- Pendirian Kampus St Peterburg University di Indonesia Semakin Terbuka
- Pemindahan Ratusan Artefak dan Barang Arkeologi Sumsel ke Cibinong Dapat Protes Masyarakat