Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sumatera Selatan (Sumsel) memprediksi musim kemarau akan mulai terjadi pada pertengahan Mei mendatang.
- Sesar Citarik Diduga Picu Gempa M 4,1 di Bogor, Begini Penjelasan BMKG
- PLN Palembang Tanggapi Cepat Gangguan Listrik Akibat Cuaca Ekstrem
- BMKG Catat Pasang Sungai Musi Capai 3,4 Meter, Warga Palembang Diminta Waspada
Baca Juga
Kemarau ini diperkirakan akan berlangsung secara bertahap di wilayah Sumsel, dimulai dari bagian tengah pada awal Mei, kemudian menyebar ke bagian barat dan selatan pada bulan Juni.
Kepala Unit Analisis dan Prakiraan Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Sinta Andayani, menjelaskan bahwa musim kemarau tahun ini diperkirakan normal tanpa pengaruh fenomena La Nina atau El Nino yang ekstrem.
"Kondisi cuaca di Indonesia saat ini netral, sehingga tidak ada gelombang panas berkepanjangan atau hujan berlebihan. Kemarau tahun ini diperkirakan akan berlangsung dalam kondisi normal," ujarnya, Selasa (8/4/2025).
Kemarau diperkirakan akan dimulai pada dasarian pertama Mei di wilayah Sumsel bagian tengah, yang meliputi daerah Musi Banyuasin, Muara Enim, Palembang, PALI, sebagian OKI, Ogan Ilir, dan sebagian OKU. Kemudian, pada akhir Mei, kemarau akan mulai terasa di bagian timur Sumsel, termasuk Banyuasin, OKU, dan OKI.
Pada Juni, kemarau diprediksi akan mencapai wilayah Sumsel bagian barat, meliputi Muara Enim, Lahat, Pagar Alam, Musi Rawas, Muratara, Lubuklinggau, Empat Lawang, dan sebagian OKU.
Sinta juga mengungkapkan bahwa puncak musim kemarau diperkirakan akan berlangsung pada bulan Juni, Juli, dan Agustus. "Berdasarkan histori, musim kemarau di Sumsel biasanya terjadi pada akhir Oktober, namun tahun ini cuaca normal, jadi panjang musim kemarau diperkirakan sesuai dengan pola normal," jelasnya.
Selain itu, BMKG memperkirakan pancaroba atau peralihan musim dari hujan ke kemarau akan berlangsung antara awal hingga pertengahan Mei. Pancaroba ini akan ditandai dengan berkurangnya curah hujan di sebagian wilayah.
BMKG juga mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap dampak peralihan musim, seperti cuaca ekstrem yang dapat berupa hujan mendadak disertai angin kencang dan petir. "Angin kencang ini berpotensi menyebabkan puting beliung, sehingga masyarakat harus selalu waspada," kata Sinta.
Di sisi lain, BMKG mengingatkan potensi bencana hidrometeorologi saat musim kemarau, seperti kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan. Sinta meminta masyarakat dan pihak terkait untuk melakukan langkah-langkah antisipatif agar dampak kemarau dapat diminimalisir, termasuk menjaga pasokan air bersih dan mencegah kebakaran hutan.
“Diharapkan masyarakat dan stakeholder terkait dapat mengambil langkah antisipasi untuk menghindari dampak negatif dari kemarau, seperti kekurangan air bersih dan kebakaran hutan,” tutup Sinta.
- Presiden Prabowo Tanam Padi Serentak di Sumsel, Dorong Swasembada hingga Jadi Lumbung Pangan Dunia
- Terungkap di Persidangan, Saksi Ungkap Deliar Marzoeki dan Alex Peras Perusahaan Lewat Surat Kelayakan K3
- Ribuan Jemaah Padati Tabligh Akbar Bersama Ustaz Adi Hidayat di Masjid SMB I Palembang