KONI Sumsel pasang target untuk memperbaiki peringkat Sumsel secara nasional di PON Papua 2-14 Oktober mendatang. Namun pada kenyataannya pengurus Cabang Olahraga (Cabor) unggulan mengeluhkan dukungan dari induk olahraga tersebut yang nyaris tidak ada.
- KONI Sumsel Cek Kesiapan Muba Jadi Tuan Rumah Porprov XV
- Puluhan Massa Geruduk Sekretariat KONI Sumsel, Tuntut Musprovlub dan Mosi Tidak Percaya
- Penipuan Berkedok Rekrutmen di KONI Sumsel, Oknum Security Dilaporkan ke Polisi
Baca Juga
Seperti yang dialami oleh Cabor Panjat Tebing. Cabor yang mulai naik daun setelah Asian Games 2018 lalu, berhasil meloloskan empat atlet terbaiknya pada pesta olahraga terbesar nasional empat tahunan. Padahal sebelumnya Sumsel hanya bisa meloloskan satu sampai dua pemanjat saja.
“Kalau melihat dukungan KONI saat ini, jangan berharap banyak (untuk berprestasi),”ungkap Ketua Harian Pengprov Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Sumsel, Rizal Lubis yang dihubungi rmolsumsel.id, Kamis (10/6).
Rizal menjelaskan jika Panjat Tebing ini juga masuk dalam kategori unggulan lantaran berpotensi meraih medali emas bagi Sumsel di ajang PON Papua mendatang. Mengincar emas di kategori speed beregu, pihaknya telah menyiapkan Muhammad Rizky, Wira Hutanianto, Martha Dinata dan tentunya Muhammad Inayah yang meraih emas pada Asian Games lalu.
Akan tetapi, hal ini berbanding terbalik dengan kesiapan KONI Sumsel yang sampai hari ini belum jelas kapan memulai Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda). Berbeda dengan provinsi lain yang telah menggelar Pelatda bahkan try out untuk memastikan kesiapan atlet dalam meraih prestasi. Sementara Platda sendiri sangat penting menjelang waktu perhelatan yang dianggap mepet.
“Akhirnya, kita lakukan Pelatda mandiri karena komitmen kita (Pengprov) untuk bisa berprestasi meski tidak didukung oleh KONI sebagai induk kita. Sehingga jangan banyak berharap, jangan sampai pula nanti Pengurus Cabor yang disalahkan kalau tidak berprestasi,”tegas Ucok.
Sebab Rizal menyadari jika saat ini untuk cabor panjat tebing saja, Sumsel sudah tertinggal jauh dari competitor yang lebih dulu menggelar pelatda, berkomitmen dan konsisten mengejar prestasi. Belum lagi cabor unggulan lain seperti yang diungkapkan pula oleh Pengurus Provinsi Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Sumsel yang mengeluhkan kinerja KONI Sumsel.
Sekum PASI Sumsel, Zulfaini M Rofi mengatakan saat ini atlet unggulannya Rio Maholtra yang sebelumnya meraih medali emas di PON Jawa Barat tahun 2016 di nomor 110 Meter Lari Gawang sudah latihan sendiri di Stadion Atletik Pakansari, Cibinong Kabupaten Bogor.
Namun semua fasilitas penunjang latihan tidak di support oleh KONI Sumsel. Begitu juga dengan pelari putri Sri Maya yang sebelumnya meraih emas di PON Jawa Barat di nomor lari jarang menengah 400 Meter.
"Jadi kita sendiri yang kirim peralatan nya dari PASI Sumsel. Karena latihan itu butuh alat sendiri kalau pinjam dari atlet provinsi lain tentu tidak akan dikasih karena mereka tahu ada persaingan. Silakan tanya apakah KONI Sumsel membantu mereka. Pelatda saja sampai sekarang tidak jelas padahal kalau kita lihat kontingen Provinsi lain sudah sejak jauh hari memulai pelatda," jelasnya.
KONI Sumsel sendiri dinilai kurang serius dalam mendukung prestasi atletnya, berbanding terbalik dengan pernyataan Ketua KONI Sumsel Hendri Zainuddin yang menyebut sudah menganggarkan Rp13 Miliar untuk 119 atlet dan pelatih dari 28 Cabor yang akan dikirim ke PON Papua. Anggaran itu sudah termasuk program Pelatda terpusat PON, TC, Bonus Atlet, Transportasi dan Akomodasi dan lainnya.
"Kalau masalahnya ditengah pandemi Covid-19 kenapa provinsi lain bisa kok kita tidak bisa. Jadi sebab itulah, kita tetap gelar Pelatda mandiri bagi atlet walaupun belum ada dukungan baik itu materil ataupun non materil. Kita tak mau ambil pusinglah, yang penting kita berjuang demi nama Sumsel," terang Zulfaini.
Tim Pelatda Sumsel sebetulnya sudah dilaunching oleh Gubernur Herman Deru pada 14 Februari 2021 lalu. Gubernur saat itu menargetkan Sumsel untuk bisa tembus 10 besar nasional. Sebab prestasi tim PON Sumsel menurun sejak jadi tuan rumah pada PON 2004 lalu dimana Sumsel berhasil menduduki peringkat 5. Pada PON 2008 Sumsel berada di peringkat 14, PON 2012 Sumsel berada di peringkat 13 dan pada PON 2016 Sumsel jatuh ke peringkat 21.
"Jika PON Papua sebelumnya bonus Rp100 juta, maka PON kali ini saya naikkan bonusnya 100 persen menjadi Rp200 juta," ujar Gubernur saat itu. Namun menurut Pengprov FPTI Sumsel dan Pengprov PASI Sumsel sangat jauh berbeda dari kenyataan. Launching tim pelatda oleh Gubernur menjadi launching pelatda mandiri yang sama sekali tidak mendapat dukungan dari KONI Sumsel.
Dibincangi sebelumnya, Ketua KONI Sumsel Hendri Zainuddin menjadwalkan Pelatda terpusat di Jakabaring Sport City (JSC) pada bulan Juli mendatang. Sekitar tiga bulan sebelum PON Papua. Namun meski memiliki waktu yang singkat, Hendri yang juga Presiden Klub Sepakbola Sriwijaya FC tetap optimis dapat memperbaiki peringkat.
“Sekarang kita sedang menyusun persiapan Pelatda dan target kita harus lebih baik peringkat dari PON sebelumnya,” ujar Ketua Umum KONI Sumatra Selatan, Hendri Zainuddin, Selasa (8/6). HZ-sapaanya cukup menyayangkan adanya pencoretan 10 Cabor dari PON 2021 yakni Balap Sepeda, Bridge, Dansa, Gateball, Golf, Petanque, Ski Air, Soft Tennis, Tenis Meja, dan Woodball. Dimana menurutnya Sumsel berpotensi meraih emas dari Ski Air dan Balap Sepeda.
“Tapi kita tetap optimis dengan enam Cabor unggulan Sumsel yang berpotensi mendulang medali emas. Yaitu Atletik, Menembak, Anggar, Pencak Silat, Tenis dan Panjat Tebing. Tinggal bagaimana dalam Pelatda nanti kita matangkan strateginya,” pungkasnya.
- KONI Sumsel Cek Kesiapan Muba Jadi Tuan Rumah Porprov XV
- Puluhan Massa Geruduk Sekretariat KONI Sumsel, Tuntut Musprovlub dan Mosi Tidak Percaya
- Penipuan Berkedok Rekrutmen di KONI Sumsel, Oknum Security Dilaporkan ke Polisi