Ramai penggunaan Daun Sungkai (Peronema canescens Jack) sebagai obat Covid-19 masih harus diteliti lebih lanjut. Pasalnya hingga kini, belum ada penelitian khusus ataupun uji klinis yang menjelaskan manfaat daun sungkai sebagai obat terapi Covid-19.
- Penting Diketahui, 5 Gejala Berikut Bisa Jadi Tanda Penyakit Kuning
- Mudik Perjalanan Jauh, Berikut Tips Atasi Pegal-pegal Selama Perjalanan
- Enam Jenis Makanan Pembersih Paru-paru yang Wajib Diketahui
Baca Juga
Ahli Herbal dari Loka Kesehatan Tradisional Masyarakat (LKTM) Palembang, dr Febrika mengatakan, secara empiris, daun sungkai ini memang banyak dipakai oleh masyarakat. Terutama di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Tempat tanaman ini banyak ditemukan. Masyarakat selama ini memanfaatkan tanaman Famili Verbanaceae ini secara tradisional sebagai obat pilek, demam, obat cacing, mandian bagi wanita habis bersalin dan obat kumur pencegah sakit gigi. Masyarakat Sumsel dan Lampung menggunakannya sebagai antimalaria dan obat demam.
“Kalau di Sumatera rata-rata masyarakat menggunakannya untuk penurun demam. Sementara untuk di Kalimantan selain penurun demam juga digunakan untuk perawatan wanita pasca melahirkan,” kata Febrika saat dibincangi Kantor Berita RMOLSumsel.id, Selasa (27/7).
Sementara, kegunaannya sebagai anti virus itu tidak ada data penelitian yang menyebutkan. “Saya belum menemukan datanya. Memang pernah ada penelitian praklinik di 2013, tanaman ini sebagai imunitas. Hanya saja, uji cobanya baru ke mencit (tikus percobaan). Belum sampai uji coba pada manusia,” bebernya.
Febrika menerangkan, daun sungkai sendiri mengandung beberapa zat. Seperti alkaloid, terpenoid, flavonoid serta tanin. Komponen bioaktif berupa peronemin (Katigawa et al, 1994) juga terdapat sitosterol, isopropanol dan phytol. Kandungan yang ada didalamnya mempercepat penurunan panas tubuh pada manusia saat demam. “Penelitian itu juga menyebutkan kalau daun sungkai ini menurunkan panas lebih cepat daripada parasetamol. Lalu, meningkatkan sel darah putih,” terangnya.
Pemberian rebusan daun sungkai kepada pasien Covid-19 yang dilakukan di kawasan Jambi juga tidak ada penelitian lebih lanjut. “Saya belum melihat fakta penelitiannya. Misalnya terjadi perbaikan lebih cepat. Seperti indikator sebelumnya sel darah putih meningkat. Nah, saya belum melihat penelitiannya. Apakah sudah diseminarkan. Itu belum ada,” bebernya.
Secara etnofitomedika, daun sungkai juga pernah diteliti oleh tim dari Fakultas MIPA Unsri. Penelitian tersebut menyebutkan jika daun sungkai bisa digunakan untuk obat demam, pembersih kewanitaan, obat kutil dan obat luka. “Studi literaturnya seperti itu. Tapi untuk kaitannya dengan terapi Covid-19 masih belum ada penelitiannya,” ucapnya.
Penggunaan daun tersebut juga belum diteliti efek jangka panjangnya terhadap tubuh manusia. Kemudian kadar tepat penggunaan daun tersebut seberapa banyak. “Pernah ada penelitian, kalau penggunaanya satu genggam atau sekitar 15 gram. Tapi tidak disebutkan kadar airnya. Hanya saja, masyarakat selama ini menggunakannya dengan cara merebus daun dengan tiga gelas air hingga menjadi satu gelas air,” terangnya.
Menurutnya, untuk penelitian awal pada mencit, hasilnya sudah cukup bagus. Dimana bisa meningkatkan sel darah putih. Namun, butuh juga penelitian lebih lanjut pada manusia. Apalagi jika nantinya akan dijadikan obat dalam bentuk kapsul atau kaplet. “Mungkin saat diekstrak menggunakan air, efeknya cukup baik. Nah, kalau dalam bentuk obat kan itu nantinya harus diekstrak menggunakan methanol dan etanol. Apakah itu nanti akan berdampak baik. Itu yang harus diteliti. Apalagi kita belum tahu efek toxicitasnya seperti apa,” imbuhnya.
Lebih jauh dijelaskannya, untuk tanaman herbal sebagai terapi Covid-19 sebenarnya sudah ada penelitian dan telah diterapkan di berbagai negara. Uji klinis imunomodulator yang dilakukan oleh LIPI kombinasi herbalnya berupa jahe merah, daun meniran, sambiloto dan daun sembung. Campuran bahan tersebut sudah diteliti dan ampuh digunakan sebagai terapi Covid-19.
“Itu juga sudah digunakan terhadap pasien Covid-19 yang dirawat di Wisma Atlet Jakarta,” ucapnya.
Febrika menuturkan, fenomena penggunaan daun sungkai untuk obat Covid-19 hanya sebagai sifat latah dari masyarakat. Sebab, hingga kini belum ada obat untuk mengatasi serangan virus mematikan tersebut. “Sehingga apapun informasi yang menyebutkan obat Covid-19 langsung diborong. Termasuk salah satunya daun sungkai,” tuturnya.
Hanya saja, dari penelitian awal di mencit, penggunaan obat ini sudah cukup bagus. Jadi, kalau kedepannya bisa dijadikan obat tentu cukup menguntungkan masyarakat. “Secara ekonomi, bisa dimanfaatkan, kayunya juga bagus untuk mebel karena daya tahannya. Kalau penelitian awalnya juga bagus. Sebab dibandingkan dengan parasetamol, daun sungkai bisa membuat demam lebih cepat turun. Tinggal lagi harus ada penelitian lanjutan. Agar tidak membahayakan bagi tubuh manusia ke depannya,” pungkasnya.
- Kasus Aktif Sumsel Tembus 9 Ribu, Paling Banyak Kota Palembang
- Covid-19 Melonjak, 50.000 Warga Sumsel Langsung Divaksin
- Makin Gawat, Tiga Hari Berturut Covid-19 di Sumsel Diatas 1.000 Kasus