Menjelang Pilkada 2024, peran kaum milenial dalam mengawal proses demokrasi semakin penting. Di Sumatera Selatan, keterlibatan pemilih muda sangat dibutuhkan untuk memastikan pelaksanaan pemilu yang jujur, adil, dan transparan, khususnya saat tahapan kampanye yang kini sedang berlangsung.
- Jokowi Cerita Dua Kali Menangi Pilpres: Kelihatannya Setelah Ini Jatahnya Pak Prabowo
- Tanggapan Positif 3 Partai Koalisi di Sumsel Terkait Nomor Urut Capres-Cawapres, Optimis Sama-sama Ingin Menang
- DPD RI Sambut Baik Tuntutan Mati Terhadap Pembunuh Imam Masykur
Baca Juga
Hal ini ditegaskan oleh Anggota Bawaslu Sumatera Selatan, Koordinator Divisi Pencegahan, Partisipasi Masyarakat, dan Hubungan Masyarakat, Massuryati, dalam acara yang digelar Bawaslu Kabupaten Musi Rawas Utara pada Jumat (11/10) malam di Hotel Dewinda Lubuk Linggau.
Dalam kesempatan itu, Massuryati menekankan pemuda, terutama pemilih pemula, memiliki peran yang sangat strategis dalam menjaga kualitas pemilu. Menurutnya, keterlibatan anak muda dalam proses pengawasan pemilu bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga wujud nyata cinta tanah air.
“Anak muda harus ikut serta dalam mengawasi Pemilu 2024. Peduli terhadap jalannya pemilihan dan berperan aktif dalam pengawasan adalah perwujudan kecintaan terhadap Indonesia. Selain itu, mereka adalah pemegang kendali masa depan. Pemilihan kali ini adalah pondasi yang akan menentukan wajah bangsa di masa depan,” ujar Massuryati.
Berdasarkan data, sekitar 35-40% pemilih dalam pemilu kali ini adalah anak muda. Kelompok ini, yang terdiri dari warga negara Indonesia berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah, memiliki hak untuk memilih dan menentukan arah kebijakan negara. Pemilih pemula dikenal memiliki daya analisis yang kuat dan kritis dalam menilai calon pemimpin serta program yang mereka tawarkan.
“Anak muda memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menganalisis kondisi dan kebijakan yang ditawarkan oleh para calon pemimpin. Dengan jumlah yang besar, mereka berperan sebagai penentu utama arah pembangunan bangsa di masa depan. Keputusan yang diambil oleh generasi muda dalam pemilihan ini akan berdampak panjang pada perkembangan bangsa,” lanjutnya.
Selain itu, ia menekankan keterlibatan pemilih pemula tidak hanya terbatas pada datang ke tempat pemungutan suara (TPS), tetapi juga dalam berbagai aspek lain dari proses pemilu. Generasi muda bisa bergabung dalam pengawasan partisipatif yang diadakan oleh Bawaslu maupun lembaga lain, menjadi pemantau pemilu, serta aktif dalam mengedukasi masyarakat melalui media sosial dan platform digital lainnya.
Di era digital saat ini, media sosial menjadi salah satu alat yang paling efektif untuk menyebarkan informasi. Hal ini, menurut Massuryati, merupakan peluang bagi kaum milenial untuk ikut serta berkontribusi dalam Pemilu 2024. Anak muda yang aktif di media sosial bisa memanfaatkan platform ini untuk menyebarkan informasi yang akurat dan edukatif terkait proses pemilu. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menjadi konten kreator yang mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pemilu dan mengajak orang lain untuk berpartisipasi aktif.
“Kaum milenial dapat membantu mengedukasi masyarakat dengan konten-konten yang positif dan informatif. Selain itu, mereka juga bisa berperan dalam melawan hoaks yang sering muncul menjelang pemilu. Dengan menyebarkan informasi yang benar, kita semua dapat memastikan bahwa pemilu berjalan dengan lancar tanpa gangguan berita bohong,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa penyebaran hoaks atau informasi palsu adalah salah satu tantangan terbesar dalam setiap pemilu. Hoaks dapat memecah belah masyarakat dan merusak integritas pemilu. Oleh karena itu, generasi muda diharapkan tidak hanya sebagai pemantau, tetapi juga berperan aktif dalam mencegah penyebaran berita palsu dengan melaporkan akun-akun atau informasi yang tidak valid.
- Survei : Anies Baswedan Capres Dengan Visi Dan Intelektualitas Terbaik
- Jokowi Disarankan Tidak Hadir Fisik Dalam Pembukaan PON Papua
- Rizal Ramli: KKN Era Jokowi Lebih Buruk Dibandingkan Soeharto