Balar : Sejarah Hari Jadi Kota Palembang Sepatutnya Diluruskan

Kepala Balai Arkeologi Sumsel Budi Wiyana. (Dudy Oskandar/rmolsumsel.id)
Kepala Balai Arkeologi Sumsel Budi Wiyana. (Dudy Oskandar/rmolsumsel.id)

Kepala Balai Arkeologi (Balar) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) Budi Wiyana sepakat atas pendapat bahwa perlu adanya kajian ulang mengenai tanggal hari jadi Kota Palembang yang sudah dikenal masyarakat pada 17 Juni.


Sebelumnya diberitakan Kantor Berita RMOLSumsel, Sejarawan Sumsel Syafruddin Yusuf menyebutkan, tanggal 17 Juni sebagai hari jadi Kota Palembang kurang tepat. Menurut Dosen FKIP Jurusan Sejarah Unsri tersebut, penanggalan hari jadi ini lebih baik diluruskan sesuai dengan Prasasti Kedukan Bukit yaitu tanggal 16 Juni. 

Budi menanggapi pendapat yang dikemukakan olehh Syafruddin Yusuf. Menurutnya, pendapat itu benar. Berdasarkan ahli bahasa yang meneliti prasasti, tanggal hari jadi Kota Palembang bukan tanggal 17 Juni tapi 16 Juni. “Seharusnya 16 Juni bukan 17 Juni, kalau tahunnya sudah betul,” katanya.

Karena itu, Budi menilai, tanggal hari jadi Kota Palembang patut dikembalikan yang ke tanggal yang  sebenarnya yaitu tanggal 16 Juni. “Itu sebenarnya dulu dari hasil kajian, tapi kenapa tidak jadi 16 Juni,”ulas dia.

Untuk itu, Budi menyatakan sepakat perlu ada kajian ulang mengenai tanggal hari jadi Kota Palembang. Kajian ulang tersebut sebaiknya melibatkan orang-orang yang mengetahui sejarahnya, termasuk ahli epigrafi atau epigraf. “Karena sumbernya prasasti, maka ahli efigraf harus bicara,” imbuhnya.

Budi mengaku sudah menulis terbuka di media massa terkait penanggalan hari jadi Kota Palembang. Dalam tulisannya, ia menegaskan untuk menetapkan hal penting seperti ini perlu ada syarat-syaratnya. “Saya tidak menyalahkan yang lalu, tapi penentuan itu ada syarat yang harus dipenuhi,” terangnya.