Sosok H Husni tidak akan mudah dilupakan Herman Deru. Bukan hanya sebagai ayah mertua, namun H Husni merupakan tutor dalam karier politiknya.
- H Husni, Wali Kota yang Sukses Pimpin Palembang di Masa Transisi Orde Baru
- In Memoriam Wali Kota Palembang 1993-2003 H Husni, Sosok Sederhana dan Tidak Pernah Marah
- Kondisi H Husni Sempat Membaik Sebelum Meninggal, Herman Deru: Beliau Sudah Sepuh
Baca Juga
Ditemui di rumah duka, Selasa pagi (11/1), Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru mengatakan, semasa hidupnya H Husni kerap meminta pendapat Deru sebagai second opinion suatu permasalahan yang dihadapi. Deru maklum, meskipun pendapatnya tidak dapat memutuskan apapun, namun H Husni selalu meminta opini berbeda sebelum memutuskan sesuatu.
“Meski begitu saya tidak bisa mempengaruhi beliau. Kebiasaan beliau memang selalu begitu, bahkan dengan sopir pun beliau minta pendapat sebelum memutuskan kebijakan strategis,” ujar Deru mengenang almarhum H Husni.
Deru menyampaikan, banyak prestasi yang dicatatkan H Husni sebagai pegawai negeri. H Husni bahkan pernah menjadi Sekda dan belum terpecahkan rekornya yakni selama 9 tahun 10 bulan saat menjabat Sekda OKI.
Bahkan saat menjadi Wali Kota Palembang, H Husni menjadi Wali Kota dengan 4 Presiden yaitu Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri.
“Jarang yang seperti ini. Beliau ini kelebihannya bisa diterima siapa saja. Saya banyak belajar (dari beliau),” tegas Deru.
Saat terpilih menjadi Bupati OKU Timur di tahun 2005, Deru mengakui selalu mengontak mertuanya itu soal disposisi strategis.
“Enam bulan saya jadi Bupati, kalau mau disposisi yang strategis saya selalu telepon beliau. Saya kan waktu itu minim pengalaman jadi Bupati. Jadi selama enam bulan itu untuk mendisposisi yang strategis saya telepon (beliau) dulu. (Konsultasi) apa isi disposisi saya ini agar tidak salah arah,” tutur suami Febrita Lustia ini.
Deru pun mengisahkan salah satu kenangan yang tidak terlupakan dari sekian banyak kenangan bersama H Husni. Deru menyebut di suatu hari tahun 1998 saat dirinya sedang mengaji pagi sebelum berangkat kerja, tiba-tiba ada mobil BG 1 A datang ke rumahnya. H Husni dengan mimik serius mengatakan tidak lagi mencalonkan diri sebagai Wali Kota Palembang. H Husni tidak sanggup menghadapi aksi demonstrasi sebagai imbas reformasi.
Namun Deru pun tidak setuju dengan keputusan mertuanya itu. Deru pun menguatkan dan memotivasi H Husni untuk tetap maju pada periode kedua kepemimpinannya.
“Saat itu saya bilang, itu bukan alasan. Masih banyak program belum jalan. Kalau papa tidak melanjutkan bakal bisa berjalan gak. Proyek strategisnya membenahi Pasar 16 yang begitu kumuh dibangun begitu megah seperti itu, penataan BKB, dan beliau yang mengawali Piala Adipura di Palembang ini. Jadi tidak ada alasan mau berhenti pencalonan,” tutur Deru.
“Papa tetap nyalon (Wali Kota) biar semuanya Deru yang pegang. Papa harus nyalon bismillah,” imbuh Deru.
Alasan Deru bersikeras mertuanya mencalonkan Wali Kota periode kedua karena akan terlalu banyak program harus terhenti apabila kepemimpinan beliau berhenti di satu periode. Demo di awal reformasi memang bukan main mencekam. Bahkan demo terjadi hampir setiap hari.
“Kalau papa meninggalkan gelanggang, maka nilai-nilai papa akan hilang. Terdiam beliau mendengar omongan saya. Lalu sebelum pulang beliau ngomong papa nyalon lagi,” kenang Deru.
- Wali Kota Ratu Dewa Sambut Baik Tawaran Investasi China untuk Smart City dan Penanggulangan Banjir Palembang
- Wali Kota Ratu Dewa Targetkan Seluruh Aset Pemkot Palembang Bersertifikat
- Pemkot Palembang Bentuk Pos Terpadu untuk Penataan Pasar 16 dan Kawasan Ampera