Bergabungnya Partai Amanat Nasional (PAN) ke koalisi pemerintah Presiden Joko Widodo, praktis hanya menyisakan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat sebagai motor oposisi.
- Banyak Laporan Dugaan Korupsi Keluarga Jokowi Sudah Masuk KPK
- Setop Anggaran IKN, Prabowo Tunjukkan Taji ke Jokowi
- Jokowi Tak Bisa Kendalikan Pilpres 2029 Usai MK Hapus Presidential Threshold
Baca Juga
Walaupun, kata Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno, sekalipun PAN belum bergabung pada pemerintah, kekuatan oposisi juga tidak cukup dikatakan kuat.
"Opisisi secara normatif berkurang, hanya menyisakan PKS dan Demokrat, tetapi selama ini sekalipun ada PAN, jumlah komposisi tidak signifikan," ujar Adi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (28/8).
Dikatakan Adi, akibat merosotnya gerakan oposisi kini sudah mulai terlihat, yakni dengan banyaknya aktivis jalanan melalui gerakan mural.
"Kabar buruknya berkurangnya oposisi di parlemen ini akan melahirkan aktivis jalanan seperti para pekerja mural. Jadi kiblat sekarang opisisi ya pekerja jalanan, bukan lagi mahasiswa, LSM atau aktivis prodemokrasi," jelasnya.
Adi menyebutkan, kemunculan aktivis mural juga disebabkan oleh merosotnya gerakan mahasiswa.
"Sementara mahasiswa sudah tidak terlampau dihitung kekuatan politiknya, karena hit and run, LSM pun begitu," pungkasnya.
- SBY Minta Kader Demokrat Kawal Danantara
- Banyak Laporan Dugaan Korupsi Keluarga Jokowi Sudah Masuk KPK
- Demokrat Sindir Kepala Daerah Absen Retret: Jadilah Pelayan Rakyat!