Waduh! Pedasnya Politisi Demokrat Kritik Anies Baswedan

Ferdinand Hutahaean tampil beda. Saat politisi Partai Demokrat ramai-ramai membela Gubernur DKI Jakarta dengan keputusannya kembali memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dia justru menentangnya.


Ferdinand Hutahaean mengkritik kebijakan Anies Baswedan itu lewat artikel pendek yang dia beri judul "Rem Blong Ugal-ugalan Sang Gubernur".

Lewat artikel itu, Ferdinand mengawali tulisannya dengan menyampaikan hal paling mengkhawatirkan dari kebijakan Anies Baswedan menerapkan kembali PSBB total mulai besok, Senin (14/9/2020).

"Jangan-jangan dampak kerusakan akibat ulah ugal-ugalan Gubernur Jakarta ini terhadap Jakarta dan Indonesia jauh lebih berbahaya daripada dampak kerusakan oleh virus corona yang menakutkan. Sembari berharap ini hanya kekhawatiran saya pribadi dan bukan kekhawatiran anak-anak bangsa ini," tulis Ferdinand seperti dilansir jpnn.com, Minggu (13/9).

Ketua Biro Energi dan Sumber Daya Mineral DPP Partai Demokrat itu kemudian mengulas berbagai kebijakan Anies Baswedan selama Pandemi Covid-19.

Ferdinad juga menyinggung para pendukung Anies Baswedan di Pilkada DKI Jakarta 2017 seperti Persaudaraan Alumni 212, hingga deklarasi KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia).

Berikut artikel yang ditulis Ferdinand secara lengkap: B

REM BLONG UGAL-UGALAN SANG GUBERNUR
Oleh : Ferdinand Hutahaean

Saya ingin mendahului tulisan pendek ini dengan menyampaikan kekhawatiran hati saya yang paling dalam. Jangan-jangan dampak kerusakan akibat ulah ugal-ugalan Gubernur Jakarta ini terhadap Jakarta dan Indonesia jauh lebih berbahaya daripada dampak kerusakan oleh virus corona yang menakutkan.

Sembari berharap ini hanya kekhawatiran saya pribadi dan bukan kekhawatiran anak-anak bangsa ini. Covid-19 telah menjadi musuh dunia sejak mulai muncul akhir tahun lalu. Wuhan yang menjadi daerah munculnya virus mematikan ini, kini telah bebas dari masker dan tidak ada lagi virus corona terdeteksi di sana.

Berbeda dengan Jakarta, kota yang cukup besar, tetapi lebih kecil dari Wuhan yang luas wilayahnya 13 kali kota Jakarta. Ada apa dengan Jakarta yang mana pengakuan gubernur-nya dulu sudah mengetahui virus corona lebih awal, mengakui paling siap menghadapi corona, dan gubernur satu-satunya di dunia yang bersyukur menemukan banyak positif covid seolah dia dengan meniup saja bisa menyembuhkan korban positif.

Makanya temuan banyaknya kasus positif patut disyukuri. Nies.., bersyukur kok ugal-ugalan? PSBB Transisi yang mengganti istilah New Normal ala pemerintah pusat pun berlaku sejak Juni di Jakarta.

Tampaknya Anies memang selalu ingin berbeda dari Pusat, soal istilah saja tak mau sama meski esensinya sama saja, atau mungkin Anies yang jago meracik kata-kata ini ingin menyalurkan kemampuannya sebagai ahli kata-kata.

PSBB Transisi ternyata kebablasan dan berjalan ugal-ugalan di Jakarta. Bukannya melakukan hal-hal yang menekan penyebaran covid malah gubernur menciptakan klaster-klaster baru covid dengan kebijakannya yang ugal-ugalan.

Mungkin saja gubernur tidak tau atau bahkan merasa pintar dengan kebijakannya bahwa itu tak akan menjadi klaster besar penyebaran covid.

Nies.., saya kasih tau lagi ya, kenapa saya pakai kata lagi? Karena hal ini sudah saya kasih tau sejak lama tetapi kamu yang bandel. Pembukaan Car Free Day, mengizinkan demo kaum pendukungmu 212, memberi izin kerumunan politik kaum yang mengklaim diri KAMI, membuka UMKM secara berkerumun, memberlakukan ganjil genap dan membiarkan kerumunan sosial adalah contoh nyata kebijakan yang menciptakan klaster besar covid.

Jangan dibantah Nies, sekarang sudah terbukti positif covid di Jakarta melesat ribuan per hari. Gaya ugal-ugalan gubernur Jakarta kemudian mendadak merasa Jakarta Darurat penyebaran covid. Dengan gaya ugal-ugalan pula gubernur mendadak menarik rem darurat katanya. Sialnya rem itu blong hingga menabrak ke sana kemari dan menabrak lumbung ekonomi bangsa ini, brukkkk….!! Rp 300 Triliun terbang pergi karena takut jadi korban ugal-ugalan sang gubernur.

Sial betul nasib lumbung ekonomi karena Jakarta dipimpin oleh orang yang sok pintar, merasa hebat, merasa sukses di atas segala kegagalannya. Makkkk…! Ngeri kali pun ahhh..!! Gagal kok merasa sukses.

Kekonyolan tidak berakhir sampai di situ. Gaya ugal-ugalan sang gubernur pun ditiru oleh para pendukungnya yang serba ugal-ugalan dalam berbicara, berpikir dan bertindak. Serempak mereka mendukung PSSB menutup kota, menghentikan aktivitas ekonomi padahal mereka lah terduga kaum pencipta klaster covid dengan demo-demo dan kerumunan politiknya.

Hei bung..!! Ini bukan soal kata-kata manis rajutan sang gubernur yang membingkai kebijakan ugal-ugalannya dengan kata demi keselamatan nyawa warga Jakarta.

Hmmmm..!! Andai saja Anies peduli dengan nyawa warga Jakarta, maka kita tak akan melihat demo di Jakarta, tak melihat kerumunan politik, tak melihat kerumunan sosial, tak melihat ganjil genap dan tak melihat Pemda yang membiarkan warga tanpa protokol kesehatan beraktivitas.

Nies..!! Rem darurat yang kau tarik itu ternyata blong..! Tak menghentikan laju tetapi malah menabrak ke sana ke mari.

Apa tidak sebaiknya anda mundur? Biar Jakarta diurus orang yang mampu bekerja. Karena Jakarta memang tak butuh kata-kata tapi butuh kerja nyata. Sepertinya saya lebih mampu urus Jakarta dari anda.

Hahahahahah Ini candaan kesal Nies..!![ida]