Partai Capek-capek Bangun Kader, Ujungnya Dikuasai Dinasti Politik

Para penguasa daerah saat ini ramai-ramai mencalonkan anaknya, keluarganya diajang pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) dengan memanfaatkan kekuasaannya. Praktik dinasti politik yang sudah berlangsung lama di Indonesia dan Sumatera Selatan ini membuktikan kalau partai itu gagal dalam membangun kadernya.


"Contoh Medan, Solo, termasuk juga di Sumatera Selatan. Masa kader-kader yang telah lama berkiprah dan diakui kemampuannya harus tersingkir di Pilkada oleh orang-orang yang baru masuk hanya karena dia seorang anak raja, anak penguasa. Artinya, tugas partai politik itu gagal dalam membentuk kadernya. Untuk apa capek-capek bangun kader terbaik partai kalau ujungnya dinasti politik," terang Ahmad Yani, politisi asal Sumatera Selatan sekaligus penggagas Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI)dalam diskusi virtual yang digelar RMOLNetwork, Kamis (6/08/2020).

Sebagai manusia dan anak bangsa, tegas Ahmad Yani, mereka tentu berhak. Namun apakah para anak dan keluarga penguasa itu memenuhi unsur-unsur sebagai kader terbaik partai baik secara pengalaman, kiprahnya serta wawasan. Hal itu juga membuktikan kalau praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di Indonesia masih terus berlangsung.

"Jangan hanya mengandalkan, saya Pancasilais, NKRI dianggap mampu memimpin daerah. Kalau melihat itu, teman-teman saya di DPR atau kepala daerah banyak yang melanggar sumpah jabatan karena terlibat korupsi, dan mereka itu suka ngomong kemana-mana. Saya Pancasila. Termasuk juga kepala daerah, bahkan sekitar 60 persen kepala daerah itu terlibat korupsi," ungkap Ahmad Yani.

Melihat maraknya dinasti politik ini, artinya ada yang harus dibenahi, benahi pondasinya dulu, di partainya. Misal dari sistem Pemilu benar atau tidak. Kembalikan sistem politik. Kompisisi di MPR, mekanisme yang harus diperbaiki.

"Melalui MAKI inilah kita mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bersama-sama menuju lebih baik lagi. MAKI ini tidak ada agenda politik, KAMI gerakan moral. Silakan siapa yang mau terpanggil," tegasnya.