Satu WNI Jadi Korban Ledakan di Lebanon

Satu warga negara Indonesia dilaporkan menjadi korban ledakan di Beirut, Lebanon, Selasa (4/8).


Reuters melansir, hingga Rabu (5/4) pagi dilaporkan sudah 78 orang meninggal dunia dan 4.000 terluka. Sementara informasi mengenai WNI yang menjadi korban ledakan ini dilansir Rakyat Merdeka, mengutip pernyataan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah.

"Ada satu WNI yang mengalami luka-luka (inisial NNE). Yang bersangkutan sudah diobati oleh dokter rumah sakit, dan sudah kembali ke apartemennya di Beirut," kata Faizasyah.

"Staf KBRI sudah berkomunikasi melalui video call dengan yang bersangkutan. Kondisi korban stabil, bisa bicara dan berjalan," imbuhnya. Korban luka akibat ledakan di Lebanon dari Indonesia ini adalah pekerja migran.

Di Lebanon, terdapat total 1.447 WNI, 213 di antaranya masyarakat dan keluarga besar KBRI dan 1,234 TNI anggota kontingen Garuda. Ledakan di Lebonon ini menjadi perhatian dunia lantaran kedahsyatannya.

Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan sebanyak 2.750 ton amonium nitrat ditimbun selama enam tahun di gudang pelabuhan, lokasi terjadinya ledakan amat masif yang mengguncang Beirut, Selasa (4/8).

Aoun menyebut bahwa penimbunan zat kimia bersifat eksplosif tersebut tidak dapat diterima, karena dilakukan secara serampangan tanpa memperhatikan aspek keamanan. Amonium nitrat adalah senyawa kimia yang biasa digunakan untuk pupuk dan menjadi campuran zat dalam konstruksi pertambangan.

Perdana Menteri meminta kabinet pemerintahan menggelar rapat darurat terkait ledakan ini, serta mengatakan status darurat selama dua pekan harus segera diumumkan.

Otoritas setempat menyebut kemungkinan korban meninggal dunia masih akan terus bertambah seiring dengan proses evakuasi oleh petugas yang mencari korban di bawah reruntuhan bangunan.

“Apa yang kami saksikan di sini adalah sebuah malapetaka dahsyat. Korban bergelimpangan, kerusakan terjadi di mana-mana,” ujar kepala Palang Merah Lebanon, George Kettani, dalam wawancara dengan Mayadeen.

Perdana Menteri Hassan Diab menyatakan dalam pidatonya bahwa harus ada pertanggungjawaban terhadap ledakan maut di gudang yang berbahaya ini.

“Mereka yang bertanggung jawab akan membayar dengan harga setimpal,” kata Diab.

Beberapa jam usai ledakan, yang terjadi sekitar pukul 6 petang waktu setempat, api masih menyala di wilayah pelabuhan sehingga terlihat cahaya kemerahan menjelang malam.

Sebagian korban luka dibawa ke luar Beirut untuk perawatan, karena rumah sakit di kota itu telah penuh oleh sebagian korban lain. Ambulans dari kota-kota sekitar juga dikerahkan untuk membantu evakuasi.