Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak menguat, tetapi berpotensi tertekan atas naiknya jumlah kasus positif COVID-19.
Pada pukul 9.45 WIB rupiah menguat 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.115 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.130 per dolar AS.
- Industri Baja Lokal Mulai Menggeliat, Ribuan Ton Diekspor ke Amerika
- Dugaan Kartel Minyak Goreng Mengerucut ke 8 Produsen
- Telan Dana Rp25 Miliar, Pasar Ikan Modern Palembang Hanya Dihuni 9 Pedagang
Baca Juga
"Ada potensi rupiah sebagai salah satu aset berisiko mengalami tekanan hari ini, karena sentimen negatif kekhawatiran pasar terhadap meningginya kasus COVID-19 kembali membayangi pergerakan pasar," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu (25/6).
Ariston menuturkan kasus COVID-19 yang terus meninggi, dikhawatirkan menghambat pemulihan ekonomi yang kini sedang berlangsung sejak pembukaan kembali perekonomian.
Isu lain yang bisa menekan aset berisiko, lanjutnya, adalah rencana pengenaan tarif impor baru terhadap barang-barang Eropa oleh AS yang bisa memicu perang dagang baru.
"Namun demikian ekspektasi pasar terhadap potensi pemulihan ekonomi masih belum hilang. Sentimen ini masih bisa menopang penguatan aset berisiko," ujar Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah hari ini bisa ditutup melemah tipis dengan ke Rp 14.050 per dolar AS dengan potensi resisten di Rp 14.200 per dolar AS. Pada Rabu (24/6) lalu rupiah menguat 32 poin atau 0,22 persen menjadi Rp 14.130 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.162 per dolar AS.
- Omset Menurun Selama Ramadan, Warung Terapung di Palembang Kurangi Produksi
- Mandiri Siapkan Uang Tunai Rp31 Triliun untuk Lebaran 2024
- Jokowi Ingatkan Bobby, Masih Ada APBD Medan Rp1,8 Triliun di Bank