Dalam Bantuan Paket Sembako, Sebaiknya Jangan Ada SKM

Pemerintah Kota Tegal, Jawa Tengah mulai mendistribusikan bantuan paket bahan makanan kepada warga miskin dan terdampak pandemi Covid-19, sejak Senin (20/4).


Bantuan diberikan sebanyak tiga kali yakni, sebelum, selama, dan sesudah pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Paket makanan senilai Rp 100 ribu tersebut terdiri dari lima kilogram beras, enam bungkus mi instan, satu kaleng sarden, satu kaleng susu kental manis, satu bungkus teh, dan satu botol kecap.

Terkait hal itu Ketua bidang advokasi Koalisi Peduli Kesehatan Masyarakat (KOPMAS) Yuli Supriaty menyampaikan kekhawatirannya.

Menurutnya, animo dari masyarakat yang menggalang donasi untuk membantu sesame yang terdampak wabah Covid-19 dan sejumlah pemerintah daerah yang cepat tanggap menyalurkan bantuan patut diapresiasi.

Namun, sayangnya, isi dari bantuan sembako tersebut kerap tidak tepat sasaran.

Bantuan paket sembako dari Pemkot Tegal misalnya, di antara barang-barang kebutuhan dapur, terselip susu kental manis dan krimer kental manis.

Produk dengan kandungan gula tinggi ini menurutnya dapat menimbulkan masalah gizi pada anak.

“Kalau susu kental manis diberikan kepada keluarga miskin kemungkinan besarnya akan dijadikan minuman langsung atau kalau dia punya anak pasti akan diberikan kepada anak, karena dianggap susu,” jelas Yuli dalam siaran persnya, Jumat (24/4).

Oleh karena itu, aktivis kesehatan ini mengajak pemerintah dan siapapun lebih memperhatikan produk-produk bantuan untuk masyarakat.

“Jika bicara sembako, artinya bahan pokok kebutuhan sehari-hari. Susu kental manis bukan termasuk bahan pokok, produk ini hanya digunakan untuk bahan pembuat kue atau menambah cita rasa manis. Tidak ada pun tidak masalah. Lebih baik berikan beras dan telur sebagai sumber pemenuhan gizi untuk anak,” beber Yuli.