Langkah pencegahan untuk menangkal virus corona (Covid-19) oleh pemerintah Indonesia dianggap belum melibatkan semua pihak, misalnya universitas dan rumah sakit.
Hal itu disampaikan Pakar Virus dari Lembaga Eijkman, Herawati Sudoyo dalam acara diskusi Crosscheck di Upnormal Ciffee Roasters Wahid Hasyim, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (1/3).
- Palembang, Muba dan PALI Masuk Pertimbangan Penerapan PPKM Darurat, Ini Alasannya
- Vaksinasi di Palembang Tembus 138.864 Orang
- Penyembelihan di Tempat Pemotongan Hewan Dinilai Kurang Higenis, Ini Temuan PDHI Sumsel
Baca Juga
"Saya kira itu yang belum bisa digunakan dengan baik di Indonesia ini," kata Herawati Sudoyo.
Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menjelaskan, hal itu berbeda dengan pemerintah China yang melibatkan keduanya.
"Kalau kita lihat di China, itu laporan pertama bukan keluar dari Kemenkes China atau MOH, tapi keluar dari rumah sakit dan university," ucap Herawati Sudoyo.
"Di situ kita melihat tujuan dia cuma satu, mencari informasi sebanyak-banyaknya yang bisa digunakan untuk menanggulangi, penanganan secara efektif terhadap negaranya, bangsanya masing-masing," sambungnya.
Oleh karena itu, ia berharap agar pemerintah bisa memanfaatkan para akademisi di seluruh universitas di Indonesia.
Tujuannya ialah untuk mencegah virus corona. "Memang bukan tugasnya kita mengawasi, tapi mereka itu dapat dengan cepat diubah menjadi suatu lembaga deteksi. Jadi saya kira kita harus open minded," tutupnya.
- Varian Delta AY 4.2 Sudah Masuk Negara Tetangga, Indonesia Harus Waspada Kemungkinan Lonjakan Covid-19
- Ivermectin Resmi Masuk Daftar Obat Terapi Covid-19 dari BPOM
- Palembang Zona Kuning, Jangan Kendur Prokes