Ramli Terus Tuding Nadiem Tak Paham Masalah Pendidikan

RMOLSumsel. Berbagai pihak telah memberikan apresiasi pada Mendikbud Nadiem Makarim. Tidak demikian halnya dengan Ketum Ikatan Guru Indonesia (IGI) M Ramli Rahim. Ia tetap menuding Nadiem tidak paham masalah pendidikan. Terlebih ketika Mendikbud menyebut ada tiga dosa besar dalam dunia pendidikan yakni intoleransi, kekerasan seksual, dan perundungan.


Menurut Ramli, tiga dosa besar yang diungkap Nadiem hanyalah dampak dari buruknya sistem pendidikan Indonesia. Jika paham masalah, Nadiem akan melihat banyak dosa lain yang justru lebih besar dan memang murni dosa pendidikan.

"Di antaranya buta matematika, gagal literasi, kegagalan pendidikan karakter, pengangguran alumni SMK hingga belajar bahasa Inggris enam tahun tetapi tak bisa berucap tanpa bantuan kursus," kata Ramli dalam pesan elektroniknya yang dilansir JPNN.COm, Minggu (23/2/2020).

Menurut Ramli, jeleknya kurikulum, buruknya tata kelola dan rendahnya kualitas guru menjadi penyebab semua masalah. Masalah-masalah itu menyebabkan siswa tak senang belajar yang ujug-ujungnya siswa stres.

Untuk mengatasi masalah-masalah itu, menurut Ramli, kini para pentolan dan pendahulu IGI sedang mengembangan gerakan pemberantas buta matematika atau GERNAS TASTAKA.

IGI, kata dia, juga terus mengembangkan cara belajar dan metode pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa.

Jika pembelajaran menyenangkan dan guru memiliki empat kompetensi secara maksimal, ia yakin siswa akan senang belajar. Jika siswa senang potensi intoleransi, kekerasan seksual, dan perundungan sangat kecil terjadi.

"Jadi pak menteri, jangan hanya melihat permukaannya karena dipermukaan kita akan melihat tiga dosa pendidikan itu. Padahal sesungguhnya banyak dosa pendidikan lain yang jauh lebih serius.

Saat rapat dengar pendapat dengan Komisi X DPR, Kamis (20/2/2020) Nadiem mengungkap tiga dosa pendidikan yakni intoleransi, kekerasan seksual, dan perundungan atau bullying. "Ini tiga dosa yang buat saya tidak bisa diterima sama sekali," kata Nadiem.

Menurut Nadiem, langkah yang perlu dilakukan bukan cuma penguatan karakter, imbauan, atau pelatihan, melainkan juga sanksi yang tegas. [ida]