Seberang Ulu Dominasi Kasus Stunting di Palembang

RMOLSumsel. Persoalan stunting di Kota Palembang banyak terjadi wilayah Seberang Ulu (SU). Dari data yang disampaikan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palembang, jumlah penderita stunting berada di angka 7,9 persen atau 4.641 dari keseluruhan balita yang ada (usia 0-5 tahun) didominasi wilayah tersebut.


Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Palembang Eni Hardiani mengatakan, stunting erat kaitannya dengan faktor ekonomi dan pengetahuan.

Ada 10 kelurahan sebagai lokus intervensi stunting dan didominasi di Seberang Ulu. Satu di antara kelurahan itu adalah Kelurahan Kuto Batu.

"Minimnya akses air bersih, dan kurangnya kebersihan lingkungan seperti belum dilengkapi dengan jamban keluarga. Kondisi itu masih banyak terjadi di wilayah Seberang Ulu," ungkapnya.

Eni menerangkan, balita menderita stunting ini biasanya ditandai dengan fisik berbadan pendek, bahkan hingga dewasa, tubuh kecil dan pendek tidak sesuai dengan usianya.

Stunting rentan terkena pada usia 0-2 tahun, dan ada 1.075 balita di usia tersebut, kemudian usia 3-5 tahun yang postif stunting ada 2.806 balita. Stunting terjadi akibat balita kekurangan asupan gizi seperti protein hewani dan nabati serta zat besi.

"Masalah asupan gizi ini harus tercukup sejak 1000 hari masa kehidupan atau saat masih dalam kandungan. Bahkan, dari sebelum hamil harus dipersiapkan. Karena itu calon ibu dapat dipersiapkan sejak remaja putri, harus menjaga kesehatannya, jangan sampai kekurangan gizi. Jika ekonomi tidak baik, sulit untuk mengonsumsi makanan yang bergizi," sampainya.

Stunting dapat mempengaruhi produktivitas generasi masa depan. Bahkan dalam jangka panjang penderita rentan terhadap serangan penyakit. Selain bermasalah gizi, yang menyebabkan anak pendek dari ukuran normal, juga dipengaruhi buruknya fasilitas sanitasi.

"Lingkungan keluarga ikut mendukung pola hidup sehat dengan tidak merokok dan menjaga kebutuhan gizi," imbuhnya. [ida]